Kebudayaan Masyarakat Makkah Sebelum Islam

Kebudayaan Masyarakat Makkah Sebelum Islam 



a. Makna Jahiliyah.

Para ahli sejarah menyebut masa sebelum kehadiran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw sebagai masa jahiliyah. Secara bahasa masa jahiliyah berasal dari kata jahil, yang diturunkan dari kata dasar Arab jahala yang berarti bodoh.


b. Wilayah Negeri Arab.

Negeri Arab adalah sebuah Semenanjung di ujung Barat Daya Benua Asia. Di sebelah Utara berbatasan dengan Syam, Palestina, dan al-Jazirah. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Aden dan Samudra India. Di sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Oman dan Teluk Persia; dan di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bab AlMandib, Laut Merah dan Terusan Zues.


c. Geografi Negeri Arab.


Keadaan Arab khususnya daerah Makkah terdiri atas gurun pasir yang panas dan gersang. Hal ini mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat Makkah sehingga tercermin dalam kehidupan sosial budaya mereka.

Orang-orang Makkah dikenal sebagai bangsa pengembara yang nomaden..



Mereka sering berpindah pindah dengan mengandalkan kendaraan yang berupa unta dan kuda. 



Kebiasaan mengembara membuat orang-orang Arab Makkah senang hidup bebas tanpa aturan dan hukum yang dapat mengikat mereka sehingga mereka menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan.

Mereka senang hidup mengelompok yang tergabung dalam kabilah atau suku yang sangat banyak jumlahnya.

Kekuatan, keperkasaan, keuletan dan keberanian merupakan modal utama untuk dapat bertahan di alam gurun pasir. Mereka tidak menyukai anak-anak wanita karena wanita dinilai makhluk lemah, tidak mampu berperang, dan tidak kuat melakukan pekerjaan yang berat. Seakan suatu bencana besar dan sebagai aib jika tidak mempunyai anak laki-laki.

d. Seni Sastra Arab Jahiliyah.

Namun, selain memiliki watak, perangai, dan perilaku keras, penduduk Arab Jahiliyah mempunyai jiwa seni sastra yang tinggi, terutama dalam bentuk syair dan sajak. Kepandaiannya dalam mengubah sajak atau syair merupakan kebanggaan orang Arab. Para penyair kenamaan sangat dikagumi dan dihormati.

Bangsa Arab Jahiliyah suka berkumpul di suatu tempat untuk berdagang, bertukar Bahasa, bersyair dan berkhutbah.

Diantara tempat yang di gunakan adalah Pasar Ukadz, Mihnah, dan Dzul Majaz





e. Mu’allaqot



Jahilyah yang berarti bodoh, bukanlah julukan yang disematkan kepada bangsa arab karena kebodohan mereka akan ilmu-ilmu pengetahuan. Julukan tersebut didasarkan atas kelemahan etika mereka pada saat itu.

Masyarakat Arab telah lama bergelut dengan sastra berupa puisi. Salah satu syair monumental yang masih lestari sampai sekarang adalah Al-Mu’allaqāt.

Al-Mu’allaqāt (yang digantung) merupakan kumpulan puisi para penyair terbaik jahiliyah yang ditulis dengan tinta emas dan digantung di ka’bah sebagai bentuk penghormatan kepada penyairnya. Maka pantaslah andai kita mengatakan bahwa Ka’bah merupakan saksi bisu betapa diagungkannya syair-syair Al-Mu’allaqāt itu.

f. Penyair Al-Mu’allaqāt



Para Pakar Sastra Arab berbeda pendapat tentang jumlah penyair Al-Mu’allaqāt. Ada yang berpendapat bahwa mereka ada tujuh penyair dan pendapat lainnya menyatakan ada 10 penyair.

Para Penyair Al-Mu’allaqāt itu adalah:



g. Keyakinan Bangsa Arab



Dari segi keyakinan, bangsa Arab pada masa jahiliyah terbagi menjadi beberapa golongan:

1.       Golongan yang mengingkari Sang Pencipta dan hari kebangkitan. Mereka percaya bahwa alam, masa, dan waktulah yang membinasakan segalanya seperti yang termaktub dalam QS. Al-Jaatsiyah (45) : 24.

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُمْ بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

“Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.”

 

2.       Golongan yang mengakui adanya Tuhan, tetapi walaupun mengakui adanya Tuhan, namun mengingkari adanya hari kebangkitan, seperti yang termaktub dalam QS. Qaaf (50) : 15.

أَفَعَيِينَا بِالْخَلْقِ الْأَوَّلِ ۚ بَلْ هُمْ فِي لَبْسٍ مِنْ خَلْقٍ جَدِيدٍ

Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru.”

 

3.       Golongan yang menyembah berhala, biasanya masing-masing kabilah memiliki berhala sendiri-sendiri. Kabilah Kalab di Daumatul Djandal misalnya, mereka mempunyai berhala Wad, kabilah Huzdail mempunyai berhala Suwa‟ Kabilah Madzhaj dan kabilah-kabilah di Yaman semuanya menyembah Yaghuts dan Ya‟uq, Kabilah Tsaqif di Thaif menyembah Latta, Kabilah Qurays di Kinanah menyembah Uzza. Kabilah Aus dan Khazraj menyembah Manat, dan sebagai pemimpin dari semua berhala adalah Hubal yang ditempatkan di samping sisi Ka‟bah.

Golongan yang lain adalah golongan yang cenderung mengikuti ajaran Yahudi, Nasrani, dan Shabiah, ada pula yang menyembah malaikat atau jin.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafadhal,,,uktub yang shalih