Sejarah Shalat 5 Waktu

Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang diutuskan oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan kebenaran. Tidak seperti umat nabi-nabi yang lain, umat nabi Muhammad telah diperintahkan untuk mengerjakan solat 5 waktu setiap hari. Ini merupakan kelebihan dan anugerah Allah SWT terhadap umat nabi Muhammad dimana solat tersebut akan memberikan perlindungan ketika di hari pembalasan kelak. Berikut diterangkan asal-usul bagaimana setiap solat mula dikerjakan.

Subuh:

Manusia pertama yang mengerjakan solat subuh ialah Nabi Adam a.s. iaitu ketika baginda keluar dari syurga lalu diturunkan ke bumi. Perkara pertama yang dilihatnya ialah kegelapan dan baginda berasa takut yang amat sangat. Apabila fajar subuh telah keluar, Nabi Adam a.s. pun bersembahyang dua rakaat.

Rakaat pertama: Tanda bersyukur kerana baginda terlepas dari kegelapan malam.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana siang telah menjelma.

Zohor:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Zohor ialah Nabi Ibrahim a.s. iaitu tatkala Allah SWT telah memerintahkan padanya agar menyembelih anaknya Nabi Ismail a.s.. Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari, lalu sujudlah Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat.

Rakaat pertama: Tanda bersyukur bagi penebusan.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana dibukakan dukacitanya dan juga anaknya.
Rakaat ketiga: Tanda bersyukur dan memohon akan keredhaan Allah SWT.
Rakaat keempat: Tanda bersyukur kerana korbannya digantikan dengan tebusan kibas.

Asar:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Asar ialah Nabi Yunus a.s. tatkala baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari perut ikan Nun. Ikan Nun telah memuntahkan Nabi Yunus di tepi pantai, sedang ketika itu telah masuk waktu Asar. Maka bersyukurlah Nabi Yunus lalu bersembahyang empat rakaat kerana baginda telah diselamatkan oleh Allah SWT daripada 4 kegelapan iaitu:

Rakaat pertama: Kelam dengan kesalahan.
Rakaat kedua: Kelam dengan air laut.
Rakaat ketiga: Kelam dengan malam.
Rakaat keempat: Kelam dengan perut ikan Nun.

Maghrib:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Maghrib ialah Nabi Isa a.s. iaitu ketika baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, sedang waktu itu telah terbenamnya matahari. Bersyukur Nabi Isa, lalu bersembahyang tiga rakaat kerana diselamatkan dari kejahilan tersebut iaitu:

Rakaat pertama: Untuk menafikan ketuhanan selain daripada Allah yang Maha Esa.
Rakaat kedua: Untuk menafikan tuduhan dan juga tohmahan ke atas ibunya Siti Mariam yang telah dituduh melakukan perbuatan sumbang.
Rakaat ketiga: Untuk meyakinkan kaumnya bahawa Tuhan itu hanya satu iaitu Allah SWT semata-mata, tiada dua atau tiganya.

Isyak:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Isyak ialah Nabi Musa a.s.. Pada ketika itu, Nabi Musa telah tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam dadanya penuh dengan perasaan dukacita. Allah SWT menghilangkan semua perasaan dukacitanya itu pada waktu Isyak yang akhir. Lalu sembahyanglah Nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur.

Rakaat pertama: Tanda dukacita terhadap isterinya.
Rakaat kedua: Tanda dukacita terhadap saudaranya Nabi Harun.
Rakaat ketiga: Tanda dukacita terhadap Firaun.
Rakaat keempat: Tanda dukacita terhadap anak Firaun

Sumber: http://www.darulnuman.com/mhikmah/solat.html

Asal Muasal Nama "SUMATERA"

NAMA ASLI pulau Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah “Pulau Emas�. Istilah pulau ameh kita jumpai dalam cerita Cindur Mata dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau mereka yang besar itu. Seorang ******* dari Cina yang bernama I-tsing (634-713), yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut pulau Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti “negeri emas�.

Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa (“pulau emas�) atau Suwarnabhumi (“tanah emas�). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa.

Para musafir Arab menyebut pulau Sumatera dengan nama Serendib (tepatnya: Suwarandib), transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Cuma entah kenapa, ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilanka, yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa!

Di kalangan bangsa Yunani purba, Pulau Sumatera sudah dikenal dengan nama Taprobana. Nama Taprobana Insula telah dipakai oleh Klaudios Ptolemaios, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, ketika dia menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Geographike Hyphegesis. Ptolemaios menulis bahwa di pulau Taprobana terdapat negeri Barousai. Mungkin sekali negeri yang dimaksudkan adalah Barus di pantai barat Sumatera, yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus.

Naskah Yunani tahun 70, Periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos, yang artinya ‘pulau emas’. Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi tanah air kita, terutama Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan (Styrax sumatrana) dan kapur barus (Dryobalanops aromatica) yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada naskah Historia Naturalis karya Plini abad pertama Masehi.

Dalam kitab umat Yahudi, Melakim (Raja-raja), fasal 9, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan beliau. Emas itu didapatkan dari negeri Ophir. Kitab Al-Qur’an, Surat Al-Anbiya’ 81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman a.s. berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya� (al-ardha l-lati barak-Na fiha).

Di manakah gerangan letak negeri Ophir yang diberkati Allah itu? Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa negeri Ophir itu terletak di Sumatera! Perlu dicatat, kota Tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh. Ptolemaios pun menulis Geographike Hyphegesis berdasarkan informasi dari seorang pedagang Tirus yang bernama Marinus. Dan banyak petualang Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 mencari emas ke Sumatera dengan anggapan bahwa di sanalah letak negeri Ophir-nya Nabi Sulaiman a.s.

Lalu dari manakah gerangan nama “Sumatera� yang kini umum digunakan baik secara nasional maupun oleh dunia internasional? Ternyata nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau Kalimantan yang pernah disebut Borneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula pulau Lombok tadinya bernama Selaparang, sedangkan Lombok adalah nama daerah di pantai timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut Portugis. Memang orang Eropa seenaknya saja mengubah-ubah nama tempat. Hampir saja negara kita bernama “Hindia Timur� (East Indies), tetapi untunglah ada George Samuel Windsor Earl dan James Richardson Logan yang menciptakan istilah Indonesia, sehingga kita-kita ini tidak menjadi orang “Indian�! (Lihat artikel penulis, “Asal-Usul Nama Indonesia�, Harian Pikiran Rakyat, Bandung, tanggal 16 Agustus 2004, yang telah dijadikan salah satu referensi dalam Wikipedia artikel “Indonesia�).

Peralihan Samudera (nama kerajaan) menjadi Sumatera (nama pulau) menarik untuk ditelusuri. Odorico da Pardenone dalam kisah pelayarannya tahun 1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India, selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk menyebutkan seluruh pulau.

Pada tahun 1490 Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudera Hindia dan di sana tertulis pulau Samatrah. Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan muncullah nama Camatarra. Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama Samatara, sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama Samatra. Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu Camatra, dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya Camatora. Antonio Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang agak ‘benar’: Somatra. Tetapi sangat banyak catatan musafir lain yang lebih ‘kacau’ menuliskannya: Samoterra, Samotra, Sumotra, bahkan Zamatra dan Zamatora.

Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatra. Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah kita: Sumatera

8 Pengertian Cinta Menurut Qur’an

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu).


Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga :


(1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,

(2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan

(3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.


Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.


Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:


1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia

ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.


2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya disbanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.


Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham, yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.


Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.


3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.


4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.


5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).


6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al

jahilin (Q/12:33)


7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba.


Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu.


Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa iltihab naruha fi qalb al muhibbi.


8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)


Salam Cinta,

Pujangga

Jenis-Jenis Air mata

Kata Ibnu Qayyim - 10 Jenis Tangisan :


1) Menangis karena kasih sayang & kelembutan hati.
2) Menangis karena rasa takut.
3) Menangis karena cinta.
4) Menangis karena gembira.
5) Menangis karena menghadapi penderitaan.
6) Menangis karena terlalu sedih.
7) Menangis karena terasa hina dan lemah.
8) Menangis untuk mendapat belas kasihan orang.
9) Menangis karena ikut-ikutan orang menangis.
10) Menangis orang munafik - pura-pura menangis.


"..dan bahwasanya DIA-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis." (An Najm : 43)




Jadi, Allah-lah yang menciptakan ketawa dan tangis, serta menciptakan sebab tercetusnya. Banyak air mata telah mengalir di dunia ini. Sumber nya dari mata mengalir ke pipi terus jatuh ke bumi. Mata itu kecil namun ia tidak pernah kering…. Seperti sungai yang mengalir ke laut tiada henti…






Tangis tercela atau terpuji


Ada tangisan yang sangat di cela umpamanya meratapi mayat dengan meraung dan memukul-mukul dada atau merobek-robek pakaian.Ada pula tangisan sangat-sangat di puji dan di tuntut yaitu tangisan karena menginsafi dosa-dosa yang silam atau tangis karena takut akan azab dan siksa Allah.


Tangisan dapat memadamkan api Neraka


Rasulullah saw bersabda : ”Tidaklah mata seseorang meneteskan air mata kecuali Allah akan mengharamkan tubuhnya dari api neraka. Dan apabila air matanya mengalir ke pipi maka wajahnya tidak akan terkotori oleh debu kehinaan, apabila seorang daripada suatu kaum menangis, maka kaum itu akan di rahmati. Tidaklah ada sesuatupun yang tak mempunyai kadar dan balasan kecuali air mata. Sesungguhnya air mata dapat memadamkan lautan api neraka."






Air mata taubat Nabi Adam a.s


Beliau menangis selama 300 tahun tanpa mendongak ke langit karena sangat takut dan ibanya terhadap dosa yang telah ia lakukan.Dia bersujud di atas gunung dan air matanya mengalir ke lembah-lembah. Dari air matanya itulah Allah telah menumbuhkan pohon kayu manis dan pohon bunga cengkih. Beberapa ekor burung telah meminum air mata Nabi Adam lalu berkata,"Sungguh manis air ini." Nabi Adam terdengar lalu menyangka burung itu menyindirnya sehingga ia memperhebatkan tangisannya.


Lalu Allah mendengar dan menerima taubat Adam dan mewahyukan, "Hai Adam sesungguhnya belum pernah Aku menciptakan air lebih lezat daripada air mata taubatmu!."


Air mata yang dilarang


1. Janganlah menangis kalau tak tercapai cita-citamu, bukankah Tuhan yang telah menentukannya.
2. Janganlah menangis karena cinta tak berbalas, mungkin dia bukanlah jodoh yang telah Tuhan tetapkan untukmu.
3. Janganlah menangis jika gagal dalam ujian, mungkin kita kurang membuat persiapan.
4. Jangan menangis kalau uang kita hilang di jalanan sebab mungkin kita kurang bersedekah
5. Janganlah menangis kalau tidak naikkan pangkat, yakinlah, rezki itu adalah pemberian Tuhan




Oleh karena itu…


Simpanlah air mata-air mata tangisan itu semua buat bekal untuk menginsafi atas segala kelalaian yang telah melanda diri, segala dosa-dosa yang berupa bintik2 hitam yang telah mengkelamkan hati hingga sukar untuk menerima hidayah dari Allah swt.


Serulah air mata itu dari persembunyiannya di balik kelopak mata agar ia menetes membasahi dan mencuci hati agar ia putih kembali. Dan juga semoga ia dapat melebur dosa-dosa dan akan mendapat ampunanNya jua.


Junjungan Mulia bersabda " Ada 2 biji mata yang tak tersentuh api neraka, yaitu mata yang menangis di waktu malam hari karena takut kepada Allah swt dan 2 biji mata yang menjaga pasukan fi sabillah di waktu malam."


“Di antara 7 golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah di hari qiamat diantaranya adalah seseorang yang berzikir sendirian lalu mengenang tentang kebesaran Allah swt lalu bercucuran air matanya."


"Jika tubuh seseorang hamba gementar karena takut kepada Allah, maka berguguran lah dosa-dosanya bak gugurnya dedaunan dari pepohonan kering."


Berkata Salman Al Faarisi r.a


Aku dibuat menangis atas 3 perkara:


1. Berpisah dengan Rasulullah saw dan para sahabat-sahabat.
2. Ketakutan seorang yang perkasa tatkala melihat malaikat Israil datang mencabut nyawanya.
3. Aku tidak tahu apakah aku akan masuk syurga ataukah neraka.


Air mata tanda rahmat Tuhan


Rasulullah saw bersabda : Jagalah mayat ketika kematiannya dan perhatikanlah 3 perkara.


1) Apabila dahinya berkeringat.
2) Airmatanya berlinang.
3) Hidungnya keluar cairan seperti ingus


…karena hal tersebut menandakan rahmat Allah swt untuk si mayat. (riwayat dari Salman al Faarisi)


Sucikanlah 4 hal dengan 4 perkara :


"Wajahmu dengan linangan air mata keinsafan, Lidahmu basah dengan berzikir kepada Penciptamu, Hatimu takut dan gementar kepada kehebatan Rabbmu,..dan dosa-dosa yang silam disulami dengan taubat kepada Dzat yang Memilikimu."


"sampaikanlah dariku walau satu ayat" al hadis


- TERUNTUK AKU YANG MASIH JARANG MENANGIS -

HASSAN AL-RAMMAH Mengenalkan Teknologi Militer Kepada Dunia


Rintisan Teknologi Roket
Bermula dari sebuah buku. Sejarah kemudian tertoreh. Hassan Al-Rammah, seorang sarjana Suriah di abad ke-13, mengenalkan teknologi militer berupa roket, melalui buku yang ia tulis. Ia tak hanya menuliskan buku tentang roket, tetapi juga membuat roket.

Waktu pun mengalir. Pada akhirnya roket dan buku karya Al-Rammah menjadi sebuah jejak bagi pengembangan teknologi roket berikutnya. Roket pertama yang terdokumentasikan dalam bukunya, di pamerkan di National Air and Space Museum, Washington DC, Amerika Serikat (AS).

Pada September 2000, seorang ilmuwan dari Zurich, Swiss , Prof Dr Mohamed mansour, berkunjung ke Washington, ia tak hanya mendapatkan informasi tentang pembuatan roket, tapi juga bahan bakarnya. Ia bahkan mendapatkan salinan buku Al-Rammah yang telah diedit.

Dalam bukunya, Al-Rammah memang tak hanya fokus pada pembuatan roket, tapi juga memberikan gambaran mengenai penggunaan bubuk mesiu. Pada masa berikut nya, mesiu ini akan menjadi hal yang penting dalam perkembangan teknologi dan alat  militer, berupa meriam.

Harus diakui, pada abad ke-11 orang-orang cina terlebih dahulu mengenal bubuk mesiu. Namun saat itu, mereka tak mengetahui bagaimana takaran bubuk mesiu yg tepat untuk membuat sebuah ledakan yang dahsyat.

Orang-orang cina itu   tak tau untuk mendapatkan ledakan yang hebat, diperlukan pemurnian potasium  nitrat. Buku cina yang menjelaskan bagaimana cara menentukan jumlah proporsi bahan peledak yang baik, baru di terbitkan pada 1412 oleh Huo Lung Ching.

Dalam konteks ini, buku karya Al-Rammah merupakan buku petama yang menjelaskan prosedur pemurnian potasium nitrat, untuk menghasilkan ledakan dahsyat. Ia tentu tak sembarang menulis, sebab terlebih dahulu ia melakukan uji ledak takaran mesiu yang di buatnya.

Pada masa sebelumnya, yaitu abad ke-10, sarjana seperti Al-Razi dan Al-Hamdany, juga telah memberikan gambaran tentang potasium nitrat dalam pembuatan komposisi mesiu, pada abad yang sama, tulisan mereka juga diperoleh dalam sebuah manuskrip berbahasa Arab Suriah.

Menurut seorang cendikiawan bernama Ibn Al-Bitar, pada 1240, dalam manuskrip berbahasa Arab Suriah itu diterangkan sejumlah resep pembuatan mesiu, dan salah satunya menggunakan potasium nitrat. Di sisi lain, ada pula terjemahan manuskrip tersebut.

Berdasarkan catatan sejarah, buku bahasa Latin berjudul Liber Ignium karya Marcus Graecus berangka tahun 1300, merupakan terjemahan dari buku berbahasa Arab itu. Isinya, banyak tulisan mengeni resep komposisi pembuatam mesiu.

Sebenarnya, buku berbahasa Arab mengenai mesiu maupun bidang kimia banyak di pelajari orang-orang Barat. Seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Albert Magnus, memperoleh informasi Liber Ignium dari buku berbahasa Arab yang telah di terjemahkan di Spanyol.

Penggunaan mesiu sebenarnya juga telah di gunakan sejak lama. Salah satu bukti penggunaan mesiu terjadi pada saat perang Salib. bukti ini di temukan di Fustat, Mesir, pada 1168. Ini tarungkap setelah di temukanya berkas penggunaan potasium nitrat.

Jejak-jejak pegunaan potasium nitrat juga di temukn pada tahun 1218 selama pengepungan Dumyat dan dalam pertempuran Al-Mansoura pada 1249. Di sisi lain, sejumlah sejarawan memperkirakan orang-orang Cina kemungkinan mangenal mesiu dari pada pedagang Arab.

Sebab, Muslim Arab banyak melakukan penjelajahan maupun perdagangan ke luar negeri hingga ke Cina. Bahkan, orang Arab dan Cina memiliki banyak kesempatan bertemu baik di Cina maupun saat berada di luar negeri, tentu saja dalam hubungan perdagangan.

Pada awal tahun 880, di perkirakan sebanyak 120 ribu orang Muslim, Yahudi, dan Persia tinggal di Kanton. Ada empat manuskrip berbahasa Arab dikenal sebagai Almakhzoun, yang menjelaskan tentang hal tersebut.

Satu manuskrip terdapat di St Petersburg, dua di Paris, Prancis dan satu lagi di Istanbul, Turki pada tahun 1320. Manuskrip tersebut menggambarkan meriam portable dengan bubuk mesiu. Penggambaran meriam tersebut pada prinsipnya sama dengan senjata modern.

Meriam telah digunakan dalam banyak pertempuran, seperti pertempuran Ain-Galout, yang terkenal dalam  melawan invasi Mongol pada tahun 1260. Dinasti Mamluk telah mengembangkan kanon lebih lanjut pada abad ke-14. Para tentara Arab juga telah menggunakan meriam.

Mereka menggunakan senjata itu untuk melindungi kota-kota di Spanyol, sperti sevilla pada 1248, Granada pada 1319, Martos dan Huescar pada 1325, Alicante pada 1331, dan Algeziras antara 1342-1344.

Dapat disimpulkan, sejarah artileri di Spanyol terkait dengan orang-orang Arab. Pada masa pertengahan, orang-orang Arab juga memperkenalkan senjata api ke Spanyol. Kemudian senjata tersebut dikenal di Itali, Prancis, dan akhirnya sampai ke Jerman.

Selain penggunaan bubuk mesiu yang terus berkembang, Al-Rammah juga menguraikan berbagai cara membuat panah dan tombak api. Ia memberikan gambaran pula mengenai sebuah teknologi yang kemudian disebut dengan torpedo.

Dalam karyanya, Al-Rammah menggambarkan torpedo sebagai sebuah benda berbentuk telur yang bergerak sendiri dan terbakar. Ia menjelaskan bahwa torpedo yang ada dalam benaknya adalah sebuag torpedo yang mampu bergerak di atas permukaan air.

Al-Rammah menguraikan, torpedo itu digerakkan oleh roket yang terbuat dari dua panci dipipihkan dan direkatkan. Di dalamnya, berisi serbuk logam dan campuran serbuk mesiu. Roket ini juga dilengkapi ekor untuk memastikan torpedo bergerak lurus.


Sebuah Kronologi
Para cendekiawan Muslim pada abad ke-13 memiliki pengetahuan memadai soal teknologi militer, termasuk penggunaan bubuk mesiu untuk menggerakkan roket. Hal ini terlihat dalam buku yang ditulis Hassan Al-Rammah berjudul Kitab Al-Furusiya wal Muhasab Al-Harbiya dan  Niyahat Al-Su'ul wal-Ummiya fi Ta'allum A'mal Al-Furusiya.

Ia menggambar sebuah torpedo digerakkan dengan sebuh roket yang berisi bahan peledak. Dokumen lain yang membahas soal militer dan peralatan militer juga ditemukan pada abad ke-13. Bagian pertama dokumen ini ditulis pada 775 untuk Ibn Aranbugha Al-Zardjish, seorang komandan militer Muslim. Penulisnya tak diketahui.

Sedangkan, bagian kedua dokumen itu adalah sebuah buku yang disebut Kitab al-Hiyal fi'l-Hurub wa Fath al-Madain Hifz al-Durub. Buku ini berisi tentang uraian soal teknologi roket, bom, dan panah berapi yang ditulis oleh komandan Turki, Alaaddin Tayboga al-Omari al-Saki al-Meliki al-Nasir.

Seorang ilmuwan dari Turki, Lagari Hasan Celebi, juga terbang dengan menggunakan roket bersayap tujuh. Ini merupakan teknologi yang ia temukan sendiri. Dengan hasil temuannya, ia berhasil mendarat dengan aman di atas permukaan laut dengan sayap-sayap elangnya itu. Ia dikenal dalam sejarah dunia penerbangan dengan tehnik roket.

Menurut situs Muslimheritage, pada masa selanjutnya, 1703, sebuah karya berjudul Ummul-Gaza yang ditulis Ali Aga memberikan gambaran mengenai pengembangan teknologi roket. Roket-roket tersebut merupakan pengembangan yang dilakukannya sebelumnya disebut tulumbus.

Urutan Khilafah Sepanjang Sejarah


Dengan wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 623 M, umat Islam segera membaiat Abu Bakar ra sebagai pengganti beliau. Istilah pengganti ini dalam bahasa Arab adalah khalifah. Lengkapnya, khalifatu rasulillah atau pengganti Rasulullah. Maksudnya bukan menggantikan posisi kenabian Muhammad SAW, melainkan posisi beliau SAW sebagai pemimpin tertinggi umat Islam. Sebab nabi kita itu selain sebagi nabi, juga berperan sebagai pemimpin tertinggi umat Islam.

Selain itu, ada juga sebutan lain buat posisi tertinggi umat Islam sedunia, yaitu istilah Amirul Mukminin. Artinya adalah pemimpin umat Islam.

1. Khilafah Rasyidah
Khilafah Rasidah berdiri tepat di hari wafatnya Rasululllah SAW. Terdiri dari 4 orang atau 5 orang shahabat nabi yang menjadi khalifah secara bergantian. Mereka adalah:
  1. Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
  2. ’Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
  3. ’Utsman bin ‘Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
  4. Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)
  5. Al-Hasan bin Ali ra (tahun 40 H/661 M)

Masa berlakunya selama kurang lebih 30 tahun. Disebut juga sebagai khilafah rasyidah karena posisi mereka sebagai shahabat nabi yang mendapat petunjuk. Dan memang ada pesan dari nabi untuk mentaati para khalifah rasyidah ini.

2. Khilafah Bani Umayyah
Khilafah ini berpusat di Syiria, tepatnya di kota Damaskus. Berdiri untuk masa waktu sekitar 90 tahun atau tepatnya 89 tahun, setelah era khulafa ar-rasyidin selesai. Khalifah pertama adalah Mu’awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Adapun masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
  1. Mu’awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
  2. Yazid bin Mu’awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
  3. Mu’awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H/683-684 M)
  4. Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
  5. ’Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H/685-705 M)
  6. Walid bin ‘Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
  7. Sulaiman bin ‘Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
  8. ’Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
  9. Yazid bin ‘Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724 M)
  10. Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
  11. Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
  12. Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
  13. Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
  14. Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)

Sebenarnya khilafah Bani Ummayah ini punya perpanjangan silsilah, sebab satu dari keturunan mereka ada yang menyeberang ke semenanjung Iberia dan masuk ke Spanyol. Di Spanyol mereka kemudian mendirikan khilafah tersendiri yang terlepas dari khilafah besar Bani Abbasiyah.

3. Khilfah Bani Abbasiyah
Kemudian kekhilafahan beralih ke tangan Bani ‘Abasiyah yang berpusat di Baghdad. Total masa berlaku khilafah ini sekitar 446 tahun. Khalifah pertama adalah Abu al-’Abbas al-Safaah. Sedangkan khalifah terakhirnya Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah.
Secara rinci masa kekuasaan mereka sebagai berikut:

I. Dari Bani ‘Abbas
  1. Abul ‘Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
  2. Abu Ja’far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)
  3. Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
  4. Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
  5. Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
  6. Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
  7. Al-Ma’mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
  8. Al-Mu’tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)
  9. Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
  10. Al-Mutawakil ‘Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
  11. Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
  12. Al-Musta’in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
  13. Al-Mu’taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
  14. Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
  15. Al-Mu’tamad ‘Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
  16. Al-Mu’tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
  17. Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
  18. Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)

II. Dari Bani Buwaih
  1. Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
  2. Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
  3. Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
  4. Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
  5. Al-Muthi’ Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
  6. Al-Thai’i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
  7. Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
  8. Al-Qa’im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)

III. dari Bani Saljuk
  1. Al Mu’tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
  2. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
  3. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
  4. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
  5. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)
  6. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
  7. Al Mustadhi’u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
  8. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
  9. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
  10. Al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
  11. Al Mu’tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)

Setelah itu kaum muslimin hidup selama 3,5 tahun tanpa seorang khalifah pun. Ini terjadi karena serangan orang-orang Tartar ke negeri-negeri Islam dan pusat kekhalifahan di Baghdad. Namun demikian, kaum muslimin di Mesir, pada masa dinasti Mamaluk tidak tinggal diam, dan berusaha mengembalikan kembali kekhilafahan. kemudian mereka membai’at Al Muntashir dari Bani Abbas. Ia adalah putra Khalifah al-Abbas al-Dhahir Biamrillah dan saudara laki-laki khalifah Al Mustanshir Billah, paman dari khalifah Al Mu’tashim Billah. Pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke Mesir. Khalifah yang diangkat dari mereka ada 18 orang yaitu :
1.              Al Mustanshir billah II (taun 660-661 H/1261-1262 M)
2.              Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H/1262-1302 M)
3.              Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
4.              Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1354 M)
5.              Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
6.              Al Mu’tadlid Billah I (tahun 753-763 H/1354-1364 M)
7.              Al Mutawakkil ‘Alallah I (tahun 763-785 H/1363-1386 M)
8.              Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
9.              Al Mu’tashim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
10.          Al Mutawakkil ‘Alallah II (tahun 791-808 H/1392-14-9 M)
11.          Al Musta’in Billah (tahun 808-815 H/ 1409-1426 M)
12.          Al Mu’tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416-1446 M)
13.          Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
14.          Al Qa’im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
15.          Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
16.          Al Mutawakkil ‘Alallah (tahun 884-893 H/1485-1494 M)
17.          Al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
18.          Al Mutawakkil ‘Alallah V (tahun 914-918 H/1515-1517 M)

4. Khilafah Bani Utsmaniyyah
Ketika daulah Islamiyah Bani Saljuk berakhir di anatolia, Kemudian muncul kekuasaan yang berasal dari Bani Utsman dengan pemimpinnya “Utsman bin Arthagherl sebagai khalifah pertama Bani Utsman, dan berakhir pada masa khalifah Bayazid II (918 H/1500 M) yang diganti oleh putranya Sultan Salim I. Kemuadian khalifah dinasti Abbasiyyah, yakni Al Mutawakkil “alallah diganti oleh Sultan Salim. Ia berhasil menyelamatkan kunci-kunci al-Haramain al-Syarifah. Dari dinasti Utsmaniyah ini telah berkuasa sebanyah 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau abad ke enam belas Masehi. Nama-nama mereka sebagai berikut:

1.            Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
2.            Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H/1520-1566 M)
3.            Salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
4.            Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
5.            Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
6.            Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
7.            Musthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
8.            ‘Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
9.            Musthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
10.        Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
11.        Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
12.        Mohammad IV (1058-1099 H/1648-1687 M)
13.        Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691M)
14.        Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
15.        Musthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
16.        Ahmad II (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
17.        Mahmud I (tahun 1143-1168/1730-1754 M)
18.        “Utsman IlI (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
19.        Musthafa II (tahun 1171-1187H/1757-1774 M)
20.        ‘Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
21.        Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
22.        Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
23.        Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
24.        ‘Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H/1839-1861 M)
25.         “Abdul ‘Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
26.        Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
27.        ‘Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
28.        Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H/1909-1918 M)
29.        Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H/1918-1922 M)
30.        ‘Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M)

Khalifah terakhir umat Islam sedunia adalah ‘Abdul Majid II. Semenjak tumbangnya khilafah terakhir ini, berarti umat Islam telah hidup lebih dari selama (2010-1924= 86 tahun) tanpa keberadaan lembaga yang menyatukan.

Kepastian Kembalinya Khilafah
Lepas dari realitas di lapangan yang kurang menggembirakan, di mana umat Islam saat in menjadi budak barat, kekayaan alam mereka dijarah, ekonomi mereka terpuruk, nilai mata uang mereka sangat rendah, hutang luar negeri merekabertumpuk tak terbayar, pemuda mereka dirusak, wanita mereka menjadi hamba syahwat, bahkan masih ditambah lagi dengan rombongan Islam liberal dan sebagainya, namunmasih ada harapan.

Kita masih menemukan satu hadits dari Rasulullah SAW yang cukup melegakan, yaitu kabar gembira dari beliau bahwa suatu saat, khilafah ini akan kembali terbentuk, bahkan dengan kualitasnya yang rasyidah itu.

Sabda Rasulullah saw, “Adalah masa Kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (Musnad Ahmad: IV/273).

Namun tentunya khilafah ini tidak akan terbentuk begitu saja, bila hanya dengan doa dan diam saja. Atau hanya dengan bicara dan demonstrasi saja. Setiap umat Islam meski bersinergi untuk saling menguatkan dan saling menyokong semua upaya untuk kembali kepada khilafah Islamiyah.

Sebab setiap elemen umat punya potensi yang mungkin tidak dimiliki oleh saudaranya. Maka seruan untuk kembali kepada khilafah seharusnya bukan sekedar lips service, namun harus diiringi dengan kerja nyata, pembinaan dan pengkaderan 1,5 milyar umat, pendirian lembaga pendidikan dan sekian banyak pos-pos penting umat. Lantas diiringi juga dengan kebesaran hati, keterbukaan sikap serta jiwa kepemimpinan dunia Islam yang mumpuni.

Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita untuk dapat menyaksikan beridirnya khilafah Islamiyah semasa kita hidup. Sungguh sebuah kepuasan yang dimpikan oleh dunia Islam selama ini. Amien.

13 Ilmuwan Muslim Pelopor Ilmu Geografi


Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah Al-Ma’mun yang berkuasa dari tahun 813 hingga 833 M memerintahkan para geografer Muslim untuk mengukur kembali jarak bumi.

Islam mendorong umatnya untuk membuka pikiran dan cakrawala. Allah SWT berfirman: 

Sungguh telah berlaku sunnah Allah (hukum Allah) maka berjalanlah kamu di muka bumi dan lihatlah bagaimana akibat (perbuatan) orang-orang mendustakan ayat-ayat-Nya”. (QS. Al-Imran: 137). 

Perintah ini telah membuat umat Islam di abad-abad pertama berupaya untuk melakukan ekspansi serta ekspedisi.

Selain dilandasi faktor ideologi dan politik, ekspansi Islam yang berlangsung begitu cepat itu juga didorong insentif perdagangan yang menguntungkan. Tak pelak umat Islam pun mulai mengarungi lautan dan menjelajah daratan untuk menyebarkan agama Allah. Seiring meluasnya ekspansi dan ekspedisi rute-rute perjalanan melalui darat dan laut pun mulai bertambah.

Tak heran, jika sejak abad ke-8 M, kawasan Mediterania telah menjadi jalur utama Muslim. Jalur-jalur laut dan darat yang sangat sering digunakan akhirnya menghubungkan seluruh wilayah Muslim yang berkembang mencapai India, Asia Tenggara, dan Cina meluas ke utara dari Sungai Volga hingga Skandinavia dan menjangkau jauh ke pedalaman Afrika.

Ekspansi dan ekspedisi di abad-abad itu mendorong para sarjana dan penjelajah Muslim untuk mengembangkan geografi atau ilmu bumi. Di era kekhalifahan, geografi mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan geografi yang ditandai dengan ditemukannya peta dunia serta jalur-jalur perjalanan di dunia Muslim itu ditopang sejumlah faktor pendukung.

Era keemasan Islam, perkembangan astronomi Islam, penerjemahan naskahnaskah kuno ke dalam bahasa Arab serta meningkatnya ekspansi perdagangan dan kewajiban menunaikan ibadah haji merupakan sejumlah faktor yang mendukung berkembangnya geografi di dunia Islam. Tak pelak, Islam banyak memberi kontribusi bagi pengembangan geografi.

Umat Islam memang bukan yang pertama mengembangkan dan menguasai geografi. Ilmu bumi pertama kali dikenal bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi. Beberapa tokoh Yunani yang berjasa mengeksplorasi geografi sebagai ilmu dan filosofi antara lain; Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy.

Selain itu, bangsa Romawi juga turut memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan, dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai.

Selepas Romawi jatuh, Barat dicengkeram dalam era kegelapan. Perkembangan ilmu pengetahuan justru mulai berkembang pesat di Timur Tengah. Geografi mulai berkembang pesat pada era Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad. Ketika itu, Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Al- Mamun berkuasa, mereka mendorong para sarjana Muslim untuk menerjemahkan naskah-naskah kuno dari Yunani ke dalam bahasa Arab.

Ketertarikan umat Muslim terhadap geografi diawali dengan kegandrungan atas astronomi. Perkembangan di bidang astronomi itu perlahan tapi pasti mulai membawa para sarjana untuk menggeluti ilmu bumi. Umat Islam mulai tertarik mempelajari peta yang dibuat bangsa Yunani dan Romawi. Beberapa naskah penting dari Yunani yang diterjemahkan antara lain; Alemagest dan Geographia.

Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah Al- Ma’mun yang berkuasa dari tahun 813 hingga 833 M memerintahkan para geografer Muslim untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak saat itu muncullah istilah mil untuk mengukur jarak. Sedangkan orang Yunani menggunakan istilah stadion.

Upaya dan kerja keras para geografer Muslim itu berbuah manis. Umat Islam pun mampu menghitung volume dan keliling bumi. Berbekal keberhasilan itu, Khalifah Al-Mamun memerintahkan para geografer Muslim untuk menciptakan peta bumi yang besar. Adalah Musa Al-Khawarizmi bersama 70 geografer lainnya mampu membuat peta globe pertama pada tahun 830 M.

Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi yang berjudul Surah Al- Ard (Morfologi Bumi) sebuah koreksi terhadap karya Ptolemaeus. Kitab itu menjadi landasan ilmiah bagi geografi Muslim tradisional. Pada abad yang sama, Al-Kindi juga menulis sebuah buku bertajuk ‘Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni’.

Sejak saat itu, geografi pun berkembang pesat. Sejumlah geografer Muslim berhasil melakukan terobosan dan penemuan penting. Di awal abad ke-10 M, secara khusus, Abu Zayd Al-Balkhi yang berasal dari Balkh mendirikan sekolah di kota Baghdad yang secara khusus mengkaji dan membuat peta bumi.

Di abad ke-11 M, seorang geografer termasyhur dari Spanyol, Abu Ubaid Al- Bakri berhasil menulis kitab di bidang geografi, yakni Mu’jam Al-Ista’jam (Eksiklopedi Geografi) dan Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan). Buku pertama berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab. Sedangkan yang kedua berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman dahulu.

Pada abad ke-12, geografer Muslim, Al-Idrisi berhasil membuat peta dunia. Al-Idrisi yang lahir pada tahun 1100 di Ceuta Spanyol itu juga menulis kitab geografi berjudul Kitab Nazhah Al- Muslak fi Ikhtira Al-Falak (Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala). Kitab ini begitu berpengaruh sehingga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Geographia Nubiensis.

Seabad kemudian, dua geografer Muslim yakni, Qutubuddin Asy-Syirazi (1236 M – 1311 M) dan Yaqut Ar-Rumi (1179 M -1229 M) berhasil melakukan terobosan baru. Qutubuddin mampu membuat peta Laut Putih/Laut Tengah yang dihadiahkan kepada Raja Persia. Sedangkan, Yaqut berhasil menulis enam jilid ensiklopedi bertajuk Mu’jam Al-Buldan (Ensiklopedi Negeri-negeri).

Penjelajah Muslim asal Maroko, Ibnu Battuta di abad ke-14 M memberi sumbangan dalam menemukan rute perjalanan baru. Hampir selama 30 tahun, Ibnu Battuta menjelajahi daratan dan mengarungi lautan untuk berkeliling dunia. Penjelajah Muslim lainnya yang mampu mengubah rute perjalanan laut adalah Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok. Dia melakukan ekspedisi sebanyak tujuh kali mulai dari tahun 1405 hingga 1433 M.

Dengan menguasai geografi, di era keemasan umat Islam mampu menggenggam dunia.


Kontribusi Geografer Muslim
Sederet geografer Muslim telah banyak memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu bumi. Al-Kindi diakui begitu berjasa sebagai geografer pertama yang memperkenalkan percobaan ke dalam ilmu bumi. Sedangkan, Al-Biruni didapuk sebagai ‘bapak geodesi’ yang banyak memberi kontribusi terhadap geografi dan juga geologi.

John J O’Connor dan Edmund F Robertson menuliskan pengakuannya terhadap kontribusi Al-Biruni dalam MacTutor History of Mathematics. Menurut mereka, ‘’Al-Biruni telah menyumbangkan kontribusi penting bagi pengembangan geografi dan geodesi. Dialah yang memperkenalkan teknik pengukuran bumi dan jaraknya dengan menggunakan triangulation.’’

Al-Biruni-lah yang menemukan radius bumi mencapai 6.339,6 km. Hingga abad ke-16 M, Barat belum mampu mengukur radius bumi seperti yang dilakukan Al-Biruni. Bapak sejarah sains, George Sarton, juga mengakui kontribusi sarjana Muslim dalam pengembangan geografi dan geologi. ‘’Kita menemukan dalam tulisannya metedo penelitian kimia, sebuah teori tentang pembentukan besi.’’

Salah satu kekhasan yang dikembangkan geografer Muslim adalah munculnya bio-geografi. Hal itu didorong oleh banyaknya orang Arab di era kekhalifahan yang tertarik untuk mendistribusi dan mengklasifikasi tanaman, binatang, dan evolusi kehidupan. Para sarjana Muslim mencoba menganalisis beragam jenis tanaman.


Geografer Muslim di Era Keemasan

1. Hisyam Al-Kalbi (abad ke-8 M)
Dia adalah ahli ilmu bumi pertama dalam sejarah Islam. Hisyam begitu populer dengan studinya yang mendalam mengenai kawasan Arab.

2. Musa Al-Khawarizmi (780 M – 850 M)
Ahli matematika yang juga geografer itu merevisi pandangan Ptolemaues mengenai geografi. Bersama-sama 70 puluh geografer, Al-Khawarizmi membuat peta globe pertama pada tahun 830 M.

3. Al-Ya’qubi (wafat 897 M)
Dia menulis buku geografi bertajuk ‘Negeri-negeri’ yang begitu populer dengan studi topografisnya.

4. Ibn Khordadbeh (820 M – 912 M)
Dia adalah murid Al-Kindi yang mempelajari jalan-jalan di berbagai provinsi secara cermat dan menuangkannya ke dalam buku Al- Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan).

5. Al-Dinawari (828 M – 898 M)
Geografer Muslim yang juga banyak memberi kontribusi pada perkembangan ilmu geografi.

6. Hamdani (893 M – 945 M)
Geografer Muslim abad ke-9 M yang mendedikasikan dirinya untuk mengembangkan geografi.

7. Ali al-Masudi (896 M – 956 M)
Nama lengkapnya Abul hasan Ali Al-Ma’sudi. Ia mempelajari faktorfaktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pembentukan batubatuan di bumi dengan orisinalitas yang mencengangkan.
 
8. Ahmad ibn Fadlan (abad ke-10 M)
Dia adalah geografer yang menulis ensiklopedia dan kisah perjalanan ke daerah Volga dan Kaspia.

9. Ahmad ibn Rustah (abad ke-10 M)
Ibnu Rustah merupakan geografer yang menulis ensiklopedia besar mengenai geografi. Al Balkhi Memberikan sumbangan cukup besar dalam pemetaan dunia. Al Kindi Selain terkenal sebagai ahli oseanografi, dia juga seorang ilmuwan multitalenta. Sebagai ahli fisika, optik, metalurgi, bahkan filosofi.

10. Al Istakhar II dan Ibnu Hawqal (abad ke-10 M)
Memberikan kontribusi besar dalam pemetaan dunia.

11. Al-Idrisi (1099 M)
Ahli geografi kesohor pada zamannya, yang juga dikenal sebagai ahli zoologi.

12. Al Baghdadi (1162 M)
Seorang geografer Muslim terkemuka.

13. Abdul-Leteef Mawaffaq (1162 M)
Selain pakar geografi, dia juga merupakan ahli pengobatan.

 

© Modified by Aliev Zara Ghaza Flotilla