KATIP CELEBI Ilmuwan Muslim Terkemuka di Abad 17 M


 Konstribusinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan mendapat pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), badan PBB yang menangani pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya. Meski telah wafat empat abad silam, kiprah dan dedikasi ilmuwan Muslim di era Kekhalifahan Turki Usmani itu masih tetap diakui dan dikenang.

Sang ilmuwan Muslim terkemuka di abad ke-17 M itu biasa dipanggil Katip Celebi. Sejatinya, ia bernama Mustafa bin Abdallah. Katip merupakan geographer dan sejarawan agung yang dimiliki Kekhalifahan Turki Usmani di masa kejayaannya. Selain dikenal dengan nama Katip Celebi, saintis Muslim itu juga kerap disapa Hajji Khalifa.

Katip terlahir di Istanbul, Turki pada 1609 M. Sejak kecil, Katip dikenal berotak encer. Di madrasah tempatnya menimba ilmu, Katip merupakan siswa yang cukup menonjol. Ia tak puas hanya menimba ilmu di madrasah. Untuk memuaskan rasa ingin tahunya yang sangat besar, Katip juga meminta tambahan waktu belajar dari para gurunya dan sering berlatih sendiri.

Ayahnya adalah seorang prajurit di Kekhalifahan Turki Usmani. Katip pun sempat bergabung menjadi anggota militer selama 10 tahun. Ia sempat ikut bertempur bersama ayahnya melawan Abaza Pasa dari Erzurum pada 1634. Dia juga terlibat dalam ekspansi penaklukan kota Baghdad, Irak.

Dalam tugas menguasai bekas ibukota pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah itu, sang ayah dan pamannya wafat dalam perjalanan kembali dari Baghdad. Setelah pension dari militer, Katip juga pernah menjabat sebagai kepala akuntan pada masa Khalifah kedua Kekhalifahan Turki Usmani.

Meski berkarier di pemerintahan, dia masih memiliki waktu untuk belajar dan menulis beberapa ensiklopedia yang penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam kontemplasi yang sering dilakukannya, Katip menyadari bahwa dunia Islam dari waktu ke waktu semakin menyempit.

Katip pun merasa aktivitas intelektual di dunia Muslim akan semakin surut, sejak dikekangnya para intelektual, sejak abad ke-13 M. Ia gundah menyaksikan madrasah menutup diri dan tidak memberikan pelajaran geografi. Akibatnya dunia Islam semakin menyempit. Padahal kesuksesan politik itu harus didukung oleh perkembangan dan kemampuan intelektual.

Kondisi itu membuatnya tergerak untuk mempelajari geografi. Katip melihat penemuan ilmiah di Negara-negara Barat telah berhasil memperkuat perahanan Negara itu dan membahayakan Kesultanan Turki Usmani. Dia melihat bagaimana imperialisme berkembang begitu pesat di Barat. Katip pun dengan lantang mengingatkan pentingnya seorang pemimpin Negara menguasai dan memahami ilmu geografi.

"Meskipun sulit untuk mengetahui seluruh permukaan bumi, setidaknya seorang pemimpin Negara harus tahu bentuk dan wilayah Turki Usmani," papar Katip.

Selain itu, papar dia, seorang pemimpin juga harus tahu perbatasan-perbatasan wilayah Kekhalifahan Turki Usmani dengan Negara-negara tetangganya. "Sehingga, jika suatu saat kita harus berperang dan mempertahankan kedaulatan wilayah, kita tahu di mana harus mengirim tentara. Ini merupakan satu-satunya cara untuk masuk ke provinsi musuh dan mempertahankan batas-batas Negara kita," tuturnya.

Dia juga mengatakan, seorang pemimpin tidak perlu berkonsultasi kepada orang  yang tidak peduli dengan ilmu pengetahuan, meskipun mereka penduduk dalam negeri. Pasalnya, banyak penduduk di Turki Usmani yang tak tahu dan bisa menggabarkan negaranya dengan baik.

Pandangan Katip itu membuktikan bahwa geografi merupakan ilmu yang harus dipelajari, termasuk di dalam madrasah.Sebagaimana seorang ilmuwan, Katip tidak hanya menulis tentang agama dan budaya Islam. Dia ingin melihat seluruh sisi dunia di mana dia hidup. Ia juga tertarik denga hamper semua disiplin ilmu seperti historigrafi, geografi, filsafat, serta astronomi.

Ia juga menguasai hokum Islam hinggan tafsir Alquran serta sufisme dan literature. Sebagai seorang pemikir agung di zamannya, Katip sangat tertarik dengan ilmu pengetahuan, terutama yang berkembang di Negara-negara Barat. Sehingga, dia sering mencari dan mempelajari naskah-naskah yang bersumber dari Latin dan Yunani. Tak heran, jika ia menguasai kedua bahasa itu.

Katip pun dikenal sebagai cendekiawan besar yang selalu berusaha memiliki pengetahuan global secara komprehensif, tentang apa yang sedang terjadi di bumi. Berbeda dengan para pemikir dan penulis Islam lainnya, Katip selalu berusaha untuk mengetahui sejarah dunia secara benardan menyeluruh.

Seperti bagaimana kronologi terjadinya sebuah peristiwa, kapan, dan di mana. Bahkan dia berusaha mencari keuntungan setelah bermitra dengan Ihlasi Mehmed Efendi yang mampu berbahasa Latin dan bahasa Negara-negara Barat lainnya.

Katip juga sangat antusias menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari Barat ke bahasa Turki. Dia tidak pernah ragu dalam melakukan penrjemahan meskipun hasil terjemahannya kadang-kadang tidak begitu sesuai dengan buku-buku tersebut.

Namun setidaknya dia telah berusaha  dengan keras untuk menumbangkan ilmu pengetahuan kepada dunia Islam. Meski demikian dalam kesempatan lainnya dia juga terus berusaha memperbaiki terjemahan buku-bukunya.

Dalam bukunya, dia pernah menulis nama Mehmed menjadi Muhammed, Maomet, atau Meomet. Dia juga menyebut nama Umar menurut lafal Turki menjadi Ovmer, tidak seperti lafal Arab. Selain itu, dia menyebut negara Palestina sesuai dengan lafal Latin yaitu Falestiya. Nama Salahuddin juga disebut sebagai Saladinus, nama Musa juga disebut dengan Moizes, Mustafa juga disebut Muvstefa. Dalam melakukan penerjemahan, Katip cenderung tidak konsisten. Tetapi ketika dia memasukkan hasil terjemahan buku-buku Barat ini dalam karyanya sendiri, dia berusaha menuliskanya dengan benar.

Bagaimanapun juga, pengetahuan dan karya-karya Katip yang memuat pengetahuannya tentang sejarah, geografi dan bibliografi telah memberikan informasi yang sangat penting bagi peradaban Islam di Era Turki Usmani.

Sehingga reputasi Katip sagat dikenal dengan baik di seluruh wilayah Kekhalifahan Turki Usmani serta Negara-negara Barat. Dia mendapatkan banyak apresiasi baik dari negara-negara Timur maupun Barat. Sang ilmuwan tutup usia pada Oktober 1657 M, ketika menyeruput secangkir kopi. Pada 2007, UNESCO memperingati hari kelahirannya yang ke 400.

Adikarya Sang Cendekiawan

Sepanjang hidupnya, Katip Celebi telah menulis sederet buku yang sangat penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Berikut ini beberapa karya besar yang ditulis sang cendekiawan dari abad ke-17 M itu.
  • Jihannuma (Penampakan Dunia).
Buku ini mengkaji dan membahas keadaan geografi dan penduduknya di Kekhalifahan Turki Usmani yang sangat luas.

  • Lawami al-Nur (Pembiasan Cahaya).
Buku ini dikerjakan Katip bersama kawannya Mehmed Ihlas Efendi dan diterjemahkan dari Atlas Minor karya G Mercator-J Hondius. Karya ini meliputi kondisi geografi Negara-negara di Eropa.

  • Muntahap-i Bahriye.
Buku ini dikerjakan Katip saat melakukan ekspedisi militer ke Pulau Kreta. Buku tersebut ditulis dalam rangka memahami keadaan wilayah Mediterania.

  • Fazlakat al-Tawarih (Rangkuman Sejarah).
Buku ini berisi sejarah umum dunia Islam mencakup periode ketika alam  semesta diciptakan.

  • Fazlaka (Rangkuman).
Buku ini mengungkap sejarah Khalifah Turki Usmani antara 1592 hingga 1655 M.

  • Takvim al-Tawarih (Almanak Sejarah).
Berisi rangkaian kejadian yang disusun secara kronologis sejak zaman Nabi Adam sampai tahun 1648 M. Karya ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Italia dan Prancis.

  • Tuhfat al-Kibar fi Ashar al-Bihr (Hadiah untuk yang agung dalam ekspedisi militer angkatan laut).
Karya ini ditulis untuk menghilangkan pandangan negative terhadap angkatan laut setelah kegagalannya menaklukkan Pulau Kreta. Selain itu, karya ini juga dibuat untuk mengingatkan kejayaan angkatan laut mereka di masa lalu serta memberikan informasi guna memperkuat angkatan laut kekhalifahan.

  • Irshad al-Hiyara ila Tarah al-Yunan wa al-Rum wa al-Nasara (Panduan terbaik sejarah Yunani, Bizantium dan Orang Kristen).
Buku ini ditulis dengan tujuan memberikan informasi kepada kekhalifahan Usmani tentang agam orang-orang Barat termasuk kehidupan social dan politiknya.

  • Tarih Kostantiniyya wa Kayasira (Sejarah Istanbul dan Para KAisar).
Buku ini ditulis Katip untuk menjelaskan tentang Istanbul. Buku ini juga meliputi penyebaran Islam, runtuhnya Bulgaria, Bizantium, Seljuk, Perang Salib, kanal-kanal, serta peristiwa kebakaran di Istanbul. Dalam karyanya berjudul Muluk-i Kuffar Tarihi (Sejarah Raja-raja Orang Kafir), dia menerjemahkan sebagian buku sejarah Eropa berjudul Chronik karya Johann Carion.

  • Tuhfat al-Ahyarfi al-Hikam wa al-Amsal wa al-Ash'ar(Hadia Istimewa dari kata-kata bijak, kata-kata mutiara dan puisi).
Buku ini merupakan kamus yang disusun secara ensiklopedik berisi humor, filsafat, legenda, dunia satwa, anekdot, juga mutiara kehidupan.

  • Kashf al-Zunun (pengungkapan Asumsi).
Buku ini berisi informasi mengenai bibliografi dunia Islam, dan dikerjakan selama dua puluh tahun. Selain itu dia juga menulis Sullam al-Wusul ila Tabakat al-Fuhul (Makna keberhasilan bagi orang-orang terbaik) yang berisi tentang biografi pengarang-pengarang buku yang menginspirasi karya-karyanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafadhal,,,uktub yang shalih