Umat manusia memerlukan strategi untuk bertahan hidup. Manusia harus survive alias memiliki cara yang baik untuk membentengi diri dari ancaman yang datang dari luar, baik itu dari alam, binatang, maupun kelompok manusia lainnya. Survive merupakan kunci yang pada akhirnya dapat melahirkan sebuah peradaban.
Demikian keterangan Amin Abdullah, rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, kepada Republika, saat disinggung mengenai sejarah munculnya peradaban manusia, beberapa waktu lalu.
Ia menuturkan, setiap tempat dan periode kehidupan, manusia memiliki caranya masing-masing untuk survive. Dengan menggunakan akalnya, mereka bisa bertahan hidup secara baik dan terus berkembang menjadi lebih baik lagi.
“Pada awalnya, manusia berlindung di dalam gua-gua. Kemudian, dengan akalnya, mereka keluar dari gua dan membuat rumah-rumah yang sederhana. Lalu, ketika sudah ditemukan bahan-bahan bangunan, seperti semen dan lain-lainnya, mereka membuat bangunan-bangunan yang lebih besar dan kokoh. Tahapan-tahapan inilah yang membentuk peradaban,” kata Amin.
Penjelasan serupa juga disampaikan cendekiawan Muslim, Komaruddin Hidayat. Menurut rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini pengalaman hidup manusia berperan penting dalam pembentukan peradaban. Ia mencontohkan bahwa berdasarkan pengalamannya, manusia tahu bahwa hidup kurang bersih itu mengakibatkan penyakit. Maka, semakin maju peradaban manusia, mereka semakin mencintai kebersihan.
Demikian halnya dengan penemuan peralatan-peralatan dan teknologi. Komaruddin menjelaskan, melalui akal dan rasionalitasnya, manusia mampu menemukan teknologi canggih.
“Manusia itu suka lupa. Lalu, mereka berpikir bagaimana supaya tidak lupa. Maka, diciptakanlah alat perekam, kalau lupa bisa diputar lagi. Manusia juga selalu ingin mengabadikan momen-momen penting dalam hidupnya. Maka, diciptakanlah kamera untuk mengabadikan gambar-gambar penting,” paparnya.
Akan tetapi, perkembangan peradaban dahulu tidaklah mulus. Menurut Komaruddin, setiap peradaban kuno berjalan sendiri tanpa pengaruh dan peradaban lain sehingga perkembangannya tidak secepat sekarang ini.
“Peradaban umat-umat terdahulu bersifat lokal karena minimnya kontak antarbangsa. Dahulu, ada peradaban
Peradaban Yunani Kuno tampak istimewa di bidang filsafat, sastra, politik, dan astronomi. Filsafat Yunani mengantarkan pemahaman kita pada hakikat kehidupan. Di antara tokoh penting di bidang ini adalah Socrates, Aristoteles, dan Plato.
Di bidang politik, bangsa Yunani Kuno merupakan bangsa pertama di dunia yaag menerapkan sistem demokrasi (pemerintahan rakyat). Tapi, demokrasi yang mereka jalankan memiliki banyak kekurangan karena hanya rakyat merdeka kelahiran Athena yang punya hak bicara dalam pemerintahan.
Sementara itu, peradaban Romawi terkenal dengan prestasinya membangun gedung-gedung megah dan indah. Mereka memiliki gedung teater, arena- arena pertunjukan, jembatan-jembatan, taman-taman, dan tempat tinggal yang menakjubkan. Keindahan bangunan-bangunan itu ditunjang dengan karya seni mereka yang maju, seperti ukir-ukiran, patung, dan gambar.
Yang tak kalah monumental adalah peradaban
Setelah peradaban-peradaban itu mengalami kemerosotan, Islam lahir dan menjelma menjadi peradaban agung dengan mewarisi sejumlah peninggalan-peninggalannya. Dalam pengamatan Howard R Turner yang ia tulis dalam Sains Islam yang Mengagumkan, umat Islam menerima warisan berharga dari budaya-budaya Asia, Yunani, Romawi, Bezantium, dan Afrika. Sebagian warisan budaya itu diterima apa adanya dan sebagian lain diadaptasikan dengan ajaran Islam.
Turner mengakui, apa yang diraih oleh peradaban Islam belum pernah diraih oleh peradaban lain sebelumnya. Apa yang menjadikan peradaban Islam berbeda? Pertanyaan ini dijawab oleh Muhammad Al-Ghazali dalam bukunya Berdialog dengan Al-Quran’, bahwa umat Islam dituntun secara langsung oleh Allah SWT melalui kitab suci Alquran dan rasul-Nya.
Jika pendapat Al-Ghazali itu benar, terdapat perbedaan antara fondasi peradaban Islam dengan peradaban lain. Perbedaannya sangat fundamental. Peradaban selain Islam dibangun di atas logika manusia, sedangkan peradaban Islam atas tuntunan dari Yang Mahakuasa.
Dikatakan oleh Alquran, alam raya ini dihamparkan untuk dijadikan pelajaran bagi umat manusia. Manusia diberikan etos dan ilmu untuk membuka pintu-pintu ilmu pengetahuan. Akan tetapi, menurut Jalaluddin Rakhmat dalam Islam Aktual, ajaran ini tidak berarti apa-apa jika umat Islam tidak berusaha mempelajari alam secara serius dan berkelanjutan.
Ajaran Islam tidak dapat mengubah suatu keadaan: tidak dapat melawan ketidakadilan, kesewenang-wenangan, keterbelakangan, dan kebodohan. Menurut Jalaluddin, hanya Islam yang diaktualisasikan atau Islam aktual yang dapat mengubah keadaan dan melawan itu semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tafadhal,,,uktub yang shalih