NASUH AL MATRAKI Ilmuwan Multibidang


 Beragam ilmu lekat pada diri Nasuh Al Matraki. Ia pakar di bidang sejarah, matematika, geogrfi, juga kaligrafi. Bahkan, ia memiliki kemampuan dalam merancang tata kota. Di sisi lain, ia dikenal pula sebagai seorang ksatria yang berkemampuan menyusun strategi perang.

Seakan identik dengan kemampuannya, Al Matraki memiliki sejumlah nama panggilan. Nama lengkapnya adalah Nasuh bin Karagoz al-Bosnawi atau Nasuh bin Abdullah al-Silahi al-Natraki. Namun, ia pun dikenal dengan nama Matracki Nasuh Bey.

Al Matraki lahir dari sebuah keluarga yang berasal dari Bosnia. Keluarga Al Matraki tinggal di Turki, setelah ayahnya direkrut menjadi pelayan negara saat kekuasaan Turki Usmani. Kemudian, ia dikenal sebagai cendekiawan yang menguasai beragam bidang keilmuan.

Menurut Salim Ayduz, seorang peneliti di Foundation for Science, Technology, and Civilisation, Inggris, Al Matraki mendapatkan pendidikan di sekolah istana selama masa kekuasaan Beyezid II (1481-1512).

Al Matraki belajar dengan Sai Celebi, salah satu guru Sultan Bayezid II. Saay Sultan Selim I memegang takhta (1512-1520), ia mulai tertarik dengan bidang militer. Ia pun menjadi ksatria. Pada 1520 Masehi, ia menuju Mesir untuk mendalami pengetahuan soal militer.

Pada tahun yang sama, 1520 Masehi, Al Matraki juga mengawali kariernya sebagai sejarawan, dengan menerjemahkan karya Al Tabari yang berjudul Tarih al-Rasul wa al-Muluk. Karya terjemahan Al Matraki itu diberi judul Madjma' al-Tawarikh, yang terdiri atas tiga volume.

Al Matraki juga menuliskan volume keempat yang merupakan pelengkap karya terjemahan tersebut. Termasuk di dalam menceritakan sejarah Turki Usmani dari awal hingga 1551 Masehi. Sultan Bayazid II, Sultan Selim I, dan Sultan Suleyman I.

Pada 1550 Masehi, dengan dorongan Rustem Pasha, seorang wazir Sultan Suleyman, Al Matraki mengeluarkan versi kedua buku tersebut dengan judul Djami al-Tawarikh yang berisi peristiwa-peristiwa pada masa pemerintahan Sultan Suleyman sampai tahun 1561.

Karya lainnya, lahir dari pemikiran gemilang Al Matraki. Ia menyusun dua buku matematika dalam bahasa Turki. Ia menuntaskan karya itu dengan tujuan mempermudah pekerjaan panitera dewan kekaisaran (divan katipleri) dan para akuntan Negara (muhasebeciler).

Kedua buku itu memang menjadi rujukan bagi mereka, apalagi Al Matraki menggunakan bahasa matematika yang mudah dimengerti. Buku itu menjadi solusi dalam matematika akuntasi dan buku pegangan penting setelah buku karya ahli matematika lainnya, Atmacaoglu.

Buku berjudul Jamal al-Kuttab wa Kamal al-Hussab itu ditulis Al Matraki pada 1517 Masehi, yang didedikasikan untuk Sultan Selim I. Buku itu terdiri atas dua bab. Bab pertama membahas angka India, operasi matematika, pecahan, skala, dan pengukuran.

Sedangkan pada bab kedua, dibahas hal-hal yang terkait dengan perhitungan matematika . Lalu, Al Matraki menulis buku lainnya, Umdat al-Hussab fil-Furuz al-Mukaddar bil-Kulliyat. Buku ini tuntas ditulis pada 1533 Masehi.

Manurut Al Matraki, ini merupakan perluasan dari buku sebelumnya. Buku keduanya ini membahas masalah bobot, pengukuran, rasio, pembagian dengan proporsi dan metode geometris, serta hal-hal yang penting bagi akuntan.

Dalam setiap subjek pembahasan, dia memberikan contoh-contoh masalah dan penyelesaiannya. Al Matraki memperkenalkan enam operasi dasar aritmatika klasik, dengan membuat aturan double-false yang digunakan untuk menemukan solusi yang tepat dalam persamaan linear.

Tak hanya itu, Al Matraki menguraikan pula tentang perhitungan waris dan pajak. Buku ini juga terbagi ke dalam dua bab. Bab pertama terdiri atas 22 subbab, yang mngkaji beragam hal terkait dengan matematika.

Sementara itu, bab kedua menguraikan tentang solusi terhadap 50 masalah matematika. Al Matraki melengkapi karyanya itu dengan sejumlah gambar dan diagram. Hingga saat ini, masih terdapat sekitar 15 salinan buku tersebut.

Dan rupanya, produktivitas Al Matraki dalam membuat buku tak terhenti. Buktinya, ia pun menulis buku tentang bidang lain yang dikuasainya pula, yaitu geografi. Maka, muncullah buku berjudul Bayan-I Manazil-I Safar Iraqayn, yang menjelaskan sejumlah tempat hasil ekspedisi ke Irak.

Kali ini, Al Matraki dalam bukunya menyingkap tentang jalan-jalan yang menghubungkan Istanbul, Tabriz, Iran dan Baghdad, Irak. Ini layaknya sebuah peta perjalanan. Ia menjelaskan pula tentang sejarah pergerakan pasukan Turki pada 1534-1536 ke Iran dan Irak.

Selain itu, Al Matraki menggambarkan pula tentang Istanbul dengan semua struktur kontemporer kota, yang ditunjukkan dalam gambaran yang sangat peinci. Ia pun membuat ilustrasi Istana Topkapi, Hagia Sophia, dan At Meydani, sebuah arena balap kuda.

Ilustrasi lainnya adalah pasar, istana tua, serta kompleks Sultan Mehmed II. Illustrasi merupakan contoh dari genre lukisan topografi yang diprakarsai Al Matraki dan terus berlanjut hingga abad-abad kemudian.

Sejumlah kalangan menyatakan bahwa kehebatan Al Matraki dalam membuat peta darata, dianggap hamper sama dengan keandalan yang dimiliki Piri Reis, yang piawai membuat peta maritime dan tertuang dalam buku terkenalnya, Kitab-i-Bahriye.

Al Matraki juga membuat dua karya lain yang mengandung miniature penting bagi perspektif geografi. Dalam Ta'rikh-i Feth-i Shiklos wa Estergon wa Istolnibelgrad, ia menggambarkan penginapan-penginapan yang terdapat di antara Istanbul dan Budhapest.

Termasuk pula gambaran Kota Nice, Toulon, dan Marseilles selama kunjungan aramad Turki Usmani, tempat Al Matraki ikut serta di dalamnya. Dalam karya lainnya, yang berjudul Tarih-i Sultan Bayezid, ia menuangkan miniature dari sejumlah tempat.

Gambaran dan miniature itu banyak tertuang dalam bukunya tersebut karena Al Matraki, yang juga sebagai anggota administrasi Negara, kerap mendampingi Sultan Suleyman, dalam berbagai kampanye militer Turki Usmani.

Al Matraki, misalnya, ikut dalam kampanye militer Mohac pada 1526 Masehi dan dua ekspedisi Sultan Suleyman Kanuni ke Baghdad. Dalam ekspedisi pertama Sultan Suleyman melawan Safavid, Iran, pada 1533 dan 1536 Masehi, ia menggambarkannya secara perinci.

Ini tertuang dalam karya lainnya berjudul Bayan-i Manazil-i Safar-i Iraqayn-i Sultan Suleyman Khan. Ternyata, Al Matraki memiliki bakat juga di bidang kaligrafi. Ia bahkan menciptakan gaya kaligrafi yang disebut Kalem-i Divani.


Menciptakan Permainan Perang

Ada kisah tentang nama Al Matraki. Nama yang melekat pada dirinya itu berawal dari permainan yang ia ciptakan, yakni Matrak. Dalam bahasa Turki, matrak berarti menakjubkan. Ini memiliki kaitan dengan Al Matraki yang merupakan ksatria.

Permainan Matrak merupakan sebuah permainan perang, yang pemainnya boleh menggunakan tongkat yang disebut labut ataupun gada. Tujuan permainan ini untuk berlatih perang sehinggan pasukan perang selalu siap jika sewaktu-waktu terjadi peperangan sesungguhnya.

Al Matraki menulis sebuah buku yang menjelaskan bagaiman permainan tersebut dilakukan. Ia mengajarkan permainan itu kepada para prajurit. Ia mendeskripsikan permainan itu, yakni setiap benteng memiliki lima buah menara dan empat pintu gerbang.

Dinding-dinding benteng dipenuhi dengan senapan dan setiap benteng  terdapat 60 orang yang bersenjata. Ketika gerbang pertama kali dibuka, prajurit yang bersenjatakan pedang keluar, lalu diikuti oleh para prajurit dengan gada.

Kemudian, tentara lapis baja bersenjatakan tombak keluar, baru terakhir, para pemanah keluar. Dengan permainan yang diciptakannya ini, pada 1529 Masehi, Sultan Suleyman Kanuni melalui sebuah dekrit memberinya gelar The Master Knight atau Rais.

Gelar ini merupakan apresiasi sang sultan atas kehebatan Al Matraki dalam menciptakan seni permainan perang, yang luar biasa dan tak tertandingi di seluruh Kekaisaran Turki Usmani. Termasuk, dalam metode penggunaan tombak.

Kemudian, dekrit tersebut disalin oleh Al Matraki dalam bukunya yang berjudul Umdat al-Hussab. Al Matraki juga sering melakukan permainan perang ketika berada di Mesir selama pemerintahan Gubernur Hayr Bey.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafadhal,,,uktub yang shalih