Ayahnya adalah seorang yang memegang posisi tinggi atau pejabat istana era kekuasaan kekhalifahan Islam di Karak dan Suriah. Ketika masih muda, Ibnu al-Quff kemudian hijrah bersama keluarganya dari Karak ke Sarkhad, dilaut selatan Suriah, lalu ke Damaskus saat kekuasaan Dinasti Ayyubiah yang didirikan Salahudin al-Ayubi.
‘’Mungkin Ibnu al-Quff berada di Damaskus pada 1260 M, saat Mongol menyerang kota itu,’’ ujar Dr Aami K Hamarneh dalam karyanya The Physician, Therapist and Surgeon Ibn al-Quuf (1233-1286). An Introductory Survey of His Time, Life and Works.
Ayahnya meniliki teman dekat seorang dokter dan sejarawan, Ibnu Abi Usaibia. menjadikan Ibnu al-Quff sebagai muridnya dan mengajarkan dia ilmu kedokteran. Ibnu Abi Usaibia memiliki risalah biografi yang tak ternilai dan menjadi sumber informasi utama tentang kahidupan Ibnu al-Quff.
Selain itu , Ibnu al-Quff juga berguru pada Ibnu Nafis, seorang dokter Muslim terkemuka. menimba ilmu dari 2 dokter hebat membuat Ibnu al-Quff menjelma sebagai dokter yang masyhur. Ia dikenal salah satu dokter hebat pada abad 13 M yang mendapat perlindungan penguasa Suriah.
Menurut catatat sejarah, Ibnu al-Quff memilki wajah yg tampan, pendiam dan pintar. Ia juga merupakan seorang anak yang giat belajar. Selain menguasai kedokteran, dia juga ahli dalam bidang matematika, fisika, dan filsafat. Setelah menyelesaikan studynya, dia ditetapkan sebagai dokter bedah tentara.
Dia bekerja di benteng Ajlun di Jordan untuk beberapa tahun. Kemudian melanjutkan kehidupannya di Damaskus sembari mengajarkan ilmu kedokteran. Sebagai seorang dokter bedah tentara, dia melakukan pembedahan besar yang membuat dia menjadi ahli dalam beberapa jenis pembedahan.
Dalam bukunya yang terkenal tentang ilmu kedokteran, gurunya, Ibnu Abi Usaibia memberikan penjelasan pada karya muridnya yang terkemuka itu. Dia menyusun sejumlah risalah penting dalam bidang pembedahan dan sebuah komentar popular dalam aphorisms karya Hippocrates. Ibnu al-Quff meninggal dunia di Damaskus pada tahun 685 H/1286 M.
Embriologi Modern
Sang dokter Muslim dari abad ke-13 M ini, tak hanya berhasil membuktikan adanya hubungan antara pembuluh darah arteri dan vina, serta proses sirkulasi darah. Ibnu al-Quff juga menjelaskan masalah embriologi modern sesuai dengan yang tercanntum dalam Alquran.
Ezzat Abouleish dalam karyanya Contributions of Islam to Medicine, menjelaskan ibnu al quff mengembangkan embriologi. Menurut Abouleish, penjelasan al-Quuf tentang embriologi dan perinatologi dalam karyanya berjudul al-Jami terbukti akurat.
Pembentukan awal adalah sebuah buih yang merupakan tahap enam sampai tujuh hari prtama, pada hari ke 3 hingga 16 secara bertahap membentuk gumpalan dan pada hari ke 28 sampai 30 menjadi sebuah gumpalan kecil daging. Pada hari ke 38 sampai 40, kepala muncul terpisah dari bahu dan lengan. Otak dan jantung yang diikuti dengan hati terbentuk sebelum organ lainnya, papar Ibnu al-Quff seperti di kutip Abouleish.
Al-Quuf menambahkan bahwa janin mengambil makanan dari ibunya untuk tuimbuh. Ia menambahkan, ada 3 selaput yang menutupi dan melindungi janin. Pertama menghubungkan pembuluh darah arteri dan vena dengan sesuatu di rahim ibunya melalui tali pusar.
"Melelui pembuluh vena, janin bayi mendapatkan makanan untuk kebutuhan nutrisinya. Sementara pembuluh arteri membawa udara," tutur al-Quff. Pada akhir bulan ketujuh, lanjut al-Quff semua organ telah selesai. Setelah kelahiran tali pusar bayi di potong pada jarak empat jari luasnya dari badan, dan terikat dengan baik, dengan benang wol yang lembut.
Wilayah yang dipotong ditutupi dengan filament/ kawat pijar basah dalam minyak zaitun dengan sebuah obat penahan darah untuk menjegah pendarahan yg menetes.
"Setelah kelahiran, bayi dirawat oleh ibunya dengan air susu ibu(ASI), yang merupakan nutrisi paling baik. Kemudian bidan meletakkan bayi tidur dalam kamar gelap yang tenang. Menyusui bayi dilakukan 2-3 kali setiap hari. Sebelum menyusui, payudara ibu harus ditekan 2 atau 3 kali untuk membuang susu yang ada dekat puting susu.’’ papar al-Quff.
Begitulah, kontribusi para dokter Islam dalam mengembangkan dan meletakkan studi embriologi modern.
Kontribusi Sang Dokter
Ibnu al-Quff adalah seorang ilmuwan Muslim yang produktif. Ia menulis sejumlah buku yg membahas beberapa aspek ilmu kedokteran , filsafat dan ilmu alam. Diantara sederet karya yang di tulisnya, ada dua buku kedoktetran karya Ibnu al-Quff yang sangat berpengaruh, yakni Kitab al-Umda fil Jarahat, tentang pembedahan dan Jami al-Gharadh fi Hifz al-Sihha , tentang embriologi modern dan kesehatan.
Kitab al-Umda adalah salah satu dari kesaluruhan kitabnya dalam bidang pembedahan pada sejarah ilmu kedokteran. Kitab ini menjelaskan masalah pembedahan dalam bentuk teori dan praktik. Pembahasanya begitu detail dan rinci, karena di bahas dalam 20 bab tersendiri.
Buku itu menunjukkan betapa Ibnu al-Quff tak hanya menguasai anatomi, penykit–penyakit, dan pengobatanya dan beberapa jenis operasi bedah. Ibnu al-Quff juga memiliki taraf pengetahuannya yang luar biasa dan menunjukkan tingkat penguasaanya seagai dokter terkemuka pada abad ke-13 M.
Hampir 700 tahun lalu, Ibnu al-Quff menulis secara lengkap mengenai obat yang digunakan untuk meredakan rasa sakit saat pembedahan dan menjelaskan cara penggunaan opium ( Afune ), hyoscine dan atropine alkaloids (Al-Banj).
‘’Dan anda harus tahu bahwa untuk membantu mengurangi rasa sakit itu ada dua jenis, true/benar dan untrue/tidak benar. Yang terlebih dahulu adalah menentang penyebab sakit... Berkaitan dengan jenis yang tidak benar seperti anestik (yang menyebabkan kematirasaan), hal ini merupakan salah satu kebutuhan ahli bedah pada situasi itu." tutur Ibnu al-Quff dalam kitabnya al-Umda fil Jarahat.
"…Pereda rasa sakit pertama, salah satu jenis yang benar adalah bermanfaat dengan konsekuensi yang baik. Berkaitan dengan pereda rasa sakit kedua, walaupun pereda rasa sakit terjadi dengan itu, dan kemampuan untuk menyembuhkan dapat dilakukan, karena banyak mengurangi rasa sakit, ia melemahkan kekuatan dan membekukan substansi yang menyebabkan rasa sakit dan perbaikan pada organ, sehingga ahli bedah seharusnya tidak menggunakan kecuali dalam peristiwa yang besar,’’ tutur Ibnu al-Quff.
Tak hanya itu Ibnu al-Quff merupakan salah satu diantara ilmuwan Muslim hebat dengan penemuan pentingnya tentang hubungan jantung dengan sistem vascular (pembuluh darah). Dia pertama kali membuktikan hubungan antara pembuluh darah arteri dan vena, untuk menjelaskan pembuluh kapiler dan membahas katup jantung dan fungsinya.
‘’Ketika saya melihat pembahasan Ibnu al-Quff pada bidang anatomi dan fisiologi dari pembuluh arteri dan vena, saya menemukan pernyataan yang menunjukkan suatu pengamatan baru dan spekulasi yang paling penting dalam sejarah fisiologi. Saya kagum membaca penjelasan tentang pori-pori yang unik, tidak bisa dilihat dengan mata telanjang’’, papar Hamraneh.
Menurut Hamraneh, Ibnu al-Quff tercatat sebagai dokter perintis yang mampu menghubungkan antara pembuluh darah arteri dan penbuluh darah vena diseluruh bagian tubuh. Di abad ke-13 M, ia telah mampu menjelaskan keberadaan pembuluh–pembuluh yang sangat kecil yang menghubungkan pembuluh arteri dan pembuluh vena dan membentuk jaringan.
Fakta dan kebenaran yang ditemukan Ibnu al-Quff baru diketahui dokter di Eropa empat abad kemudian. ’’Adalah anatomist asal Italia, Marcello Malpighi (1628-1694) yang menemukan kembali pencapaian Ibnu al-Quff dengan bantuan Mikroskop,’’ jelas Dr Hamraneh.
Ibnu al-Quff merupakan orang pertama yang menjelaskan hubungan pembuluh darah arteri dan vena dengan aliran darah dari awal ke akhir pada pembuluh kapiler tipis yang tidak bisa di lihat dengan mata telanjang. Arteri mengalirkan darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh pada sebuahjaringan berakhir pada arteri kecil dari awal pembuluh vena.
Dia juga tercatat sebagai dokter yang pertama kali menjelaskan fisiologi katup jantung, jumlahnya dan petunjuk di mana saat katup tersebut terbuka dan tertutup. Katup jantung tertentu terbuka ke dalam untuk membolehkan masuk dan mencegah keluar aliran darah, dan lainnya terbuka keluar untuk membolehkan keluar dan mencegah masuknya aliran darah.
Penemuannya yang luar biasa ini yang membawanya memiliki ketenaran yang abadi. Eropa mempelajari tentang pembuluh kapiler yang tipis dan hubungan antara vena dan arteri hanya setelah penemuan mikroskop powerful di abad ke-17 M. Eropa menemukan mikroskop kapiler 400 tahun setelahny. Bukunya diterjemahkan kedalam bahasa Latin setelah kematiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tafadhal,,,uktub yang shalih