Matematika dan astronomi. Dua ilmu penting itulah yang dikembangkan Qadi Zada al–Rumi, saintis Mmuslim terkemuka di era kejayaan Dinasti Timurid yang berkuasa dikawasan Asia Tengah dan Persia pada abad ke–14 Masehi. Ia bersama Sultan Timurid, Ulugh Beg mendirikan observatorium di Samarkand , Uzbekistan sebuah pusat setudi astronomi termegah sepanjang sejarah Islam.
Qadi Zada, sejatinya hanyalah nama julukan. Astronom dan matematikus yang terlahir pada 1364 di Bursa , Turki itu bernama Salah al-Din Musa Pasha. Ia dipanggil Qadi Zada yang berarti "anak dari seorang hakim" karna ayahnya memang seorang hakim terkemuka pada masa itu.
Ia tumbuh besar di tanah kelahirannya, kota Bursa , Turki. Qadi Zada menyelesaikan pendidikanya di Basra , salah satu kota pusat kebudayaan dan pendidikan terkemuka. Di kota itu, Qadi zada, mempelajari ilmu geometri dan astronomi.
Guna mengasah dan mengembangkan ilmu pegetahuanya, dia kemudian berguru kepada al-Fanari. Sang guru menyadari potensi dan kecerdasan Qadi Zada . Al-Fanari paham betul bahwa muridnya itu adalah seorang pemuda dengan kemampuan yg sangat luar biasa di bidang matematika dan asteromomis.
Al-Fanari menasehati Qadi Zada untuk hijrah ke pusat kebudayaan Kerajaan Khurasan atau Transoxiana. Di Khurasan, Qadi Zada akhirnya bisa bertemu dan belajar dari para ahli matematika dan astronomi hebat. Khurasan memang dikenal sebagai kota pendidikan yang banyak disinggahi para ilmuwan yang singgah maupun menetap di kota itu.
Tak sekedar mendorong, al-Fanari juga mendukung Qadi Zada dengan sehelai surat rekomodasi. ia juga di bekali gurunya sebuah kitab berjudul Emmuzeg al– Ulum (Tipe-tipe Ilmu Pengetahuan), sebagai tanda bahwa dia adalah seorang pelajar. Mengikuti nasehat gurunya, Qadi akhirnya belajar matematika dan astronomi di Transoxiania sebagai pusat kebudayaan.
Pada 1383 reputasi Qadi Zada langsung meroket. Ia begitu populer sebagai ahli matematika, lewat bukunya berjudul Risalah fi'l Hisab (Risalah Aritmatika) buku tersebut berisi pengetahuan kompleks mengenai aritmatika, aljabar dan pengukuran.
Saat Qadi masih muda, penguasa dan pendiri Dinasti Timurid, Timur Lenk mulai menguasai kawasan Iran, Irak, dan bagian timur Turki. Setelah kematian Timur pada 1405, Dinasti Timurid di perebutkan anak-anaknya. Shah Rukh yang merupakan anak keempat Timur Lenk akhirnya memenangkan perebutan kekusaan peninggalan Timur Lenk.
Pada 1407, Ahah Rukh mendapatkan kekuasan secara menyeluruh di sebagian besar kerajaan seperti Iran dan Turkistan . Dia juga menguasai Samarkand . Wilayah yang dikuasai Shah Rukh yang merupakan pusat-pusat kebudayaan di mana Qadi Zada mengembangkan ilmunya. Wilayah tersebut meliputi Heart di Khorasan, Bukhara dan Samarkand di Transoziana.
Pada 1407, Qadi bertualang mengunjungi kota-kota tersebut, termasuk Samarkand . Tidak ada yang mengetahui alasan sang saintis mengunjungi Samarkand . Pada masa mudanya, ia belum sempat mengunjungi kota-kota tersebut. Mungkin dia masih sibuk dengan astronominya. Saat mangunjungi kota-kota tersebut, Qadi sudah memiliki reputasi yang bagus sebagai seorang ahli matimatika.
Dia juga menghasilkan karya berupa sebuah risalah aritmatika yang ditulisnya ketika tinggal di Bursa pada 1383. Buku risalah aritmatika tersebut berisi risalah aritmatika, aljabar dan pengukuran.
Setelah mengunjungi sejumlah kota-kota pusat kebudayaan lainnya, Qadi baru mencapai kota Samarkand sekitar 1410. Setahun sebelumnya, Shah Rukh telah menguasai kekaisaran Timurid warisan ayahnya dan memutuskan untuk menjadikan Herat di Khurasan sebagai ibu kota baru. Shah Rukh menempatkan putranya Ulugh Beg sebagai pengusa di samarkand .
Ulugh Beg, saat itu, baru berusia 17 tahun, ketika bertemu dengan Qadi di Samarkand. Saat bertemu dengan Qadi, Ulugh Beg sangat mengagumi kecerdasan dan kehebatan sang saintis dalam bidang matimatika dan astronom sehingga dia minta Qadi mengajarinya.
Berkat bimbingan Qadi, akhirnya Uugh Beg juga menjadi seorang ahli astronomi yang terkemuka. Qadi merupakan seorang ilmuwan yang jauh lebih tertarik kepada ilmu pengetahuan dan kebudayan dari pada politik atau penaklukan militer. Tetapi bagaimanapun juga, dia menjadi seorang wakil penguasa di seluruh kerajaa, terutama wilayah Mawaraunnahr.
Sehingga meskipun sedikit, dia mau tidak mau terkena arus politik. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Pertemuannya dengan Ulugh Beg merupakan titik balik bagi kehidupan Qadi Zada. Sehingga dia memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan bekerja di Samarkand . Dia juga menikah dengan seorang wanita di kota tersebut dan memiliki putra yang bernama Syams al-Din Muhammad.
Qadi menulis sejumlah karya matematika dan astronomi pada tahun pertama menetap di Samarkand . Karya-karyanya ini banyak yang dipersembahkan untuk Ulugh Beg. Hal itu juga menunjukkan reputasi Qadi sebagai seorang guru muda yang brilian dan sangat ahli dalam bidang matematika.
Secara khusus, Qadi menulis komentar tentang Kompendium ahli astronomi al-Jaghmini pada 1412 hingga 1413. Dia juga menulis komentar terhadap karya al-Samarqandi. Komentar yang ditulisnya berupa karya pendek yang hanya terdiri dari 20 halaman. Dalam komentarnya, ia membahas tiga puluh lima dari proposisi Euclid .
Pada 1417, Ulugh Beg membangun madrasah atas dorongan Qadi. Madrasah tersebut digunakan Qadi sebagai pusat pembelajaran yang terletak di depan alun-alun Rigestan di Samarkand. Dengan berdirinya madrasah tersebut, Ulugh Beg mulai mengumpulkan para ilmuwan terkemuka untuk mengajar di madrasahnya, termasuk al-Kashi. Baik Qadi, Ulugh Beg, dan al-Kashi merupakan para astronom terkemuka pada masa itu.
Qadi Zada dan Observatorium Samarkand
Pada 1424, sejarah tertoreh di Samarkand . Seorang penguasa Dinasti Timurid bernama Ulugh Beg berhasil membangun sebuah observatorium untuk penelitian astronomi. Menurut sejarawan sains, Krisciunas, observatorium yang dibangun Ulugh Beg itu merupakan yang termegah di antara tempat pengamatan benda antariksa lainnya yang dimiliki peradaban Islam.
Pembangunan observatorium Ulugh Beg di Samarkand itu tak lepas dari jasa dan ide brilian Qadi Zada. Betapa tidak. Dia adalah guru astronom Ulugh Beg. Kehebatan Qadi Zada dan Ulugh Beg dituturkan sejawatnya, al-Kashi. Dalam surat kepada ayahnya yang tinggal di Kashan, al-Kashi memuji kemampuan dan kehebatan Ulugh Beg dan Qadi Zada dalam matematika dan astronomi.
Al-Kashi menganggap kedua ilmuwan tersebut merupakan yang paling unggul dibandingkan para ilmuwan lainnya, di zaman itu. Dalam surat tersebut, al-Kashi juga menceritakan bahwa mereka sering mengadakan pertemuan ilmiah yang dipimpin oleh Ulugh Beg dan dihadiri para ilmuwan terkemuka. Saat membahas masalah-masalah dalam astronomi yang cukup sulit, biasanya al-Kashi dan Qadi Zada mampu menyelesaikan masalah tersebut tanpa kesulitan yang berarti.
Karya asli Qadi adalah perhitungan sin 1oo dengan tingkat akurasi dalam Risalah al-Jayb (Risalah Sinus). Al-Kashi sebagai teman seangkatannya juga menghasilkan sebuah metode untuk memecahkan masalah ini. Namun metode mereka berdua berbeda dan menunjukkan bahwa dua ilmuwan yang luar biasa tersebut sama-sama bekerja pada bidang yang sama di Samarkand .
Qadi menghitung sin 1oo mendekati tingkat akurasi 10 pangkat minus 12. Pekerjaan utama yang dilakukan Qadi dan sahabat-sahabatnya, baik al-Kashi maupun Ulugh Beg di observatorium di Samarkand adalah memproduksi katalog Bintang-bintang. Katalog yang dihasilkan di observatorium itu, merupakan katalog bintang –pertama yang komprehensif sejak zaman Ptolemeus.
Katalog Bintang itu, menjadi rujukan para astronom hingga abad ke-17 M. Katalog bintang yang diterbitkan pada 1437 itu menjelaskan 992 posisi bintang. Katalog bintang tersebut merupakan hasil dari kolaborasi para ilmuwan yang bekerja di observatorium tetapi kontributor utamanya adalah Qadi Zada, Ulugh Beg, dan al-Kashi.
Katalog bintang tersebut, selain berisi posisi bintang juga berisi tabel pengamatan yang dilakukan di observatorium, serta berisi hasil perhitungan kalender trigonometri. Qadi Zada menulis komentar terhadap risalah astronomi karya ilmuwan besar Nashir ad-Din al-Tusi. Selain itu, dia juga menulis sebuah risalah mengenai masalah menghadapi Makkah, di mana masalah penting tersebut banyak didiskusikan oleh para astronom dan ahli matematika Muslim.
Setelah wafatnya al-Kashi, Qadi akhirnya menjadi direktur observatorium di Samarkand . Dia terus melakukan pekerjaan utama di observatorium tersebut dengan memproduksi katalog bintang-bintang. Bahkan katalog bintang yang disebut Zij-I Sultan itu digunakan selama beberapa abad.
Pada 1436, Qadi akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Namun kontribusinya kepada ilmu astronomi dan matematika yang begitu besar, membuat namanya selalu diingat dan dikenang. Bahkan karya-karyanya masih digunakan, hingga kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tafadhal,,,uktub yang shalih