IZZ AL-DIN ABD AL-SALAM Sosok Tegas dari Damaskus


Kecerdasan membantunya untuk mampu menangkap setiap ilmu. Anugerah itu melekat pada diri Izz al-Din ibnu Abd al-Salam. Tak heran, meskipun terlambat saat mulai pendidikannya, ia mampu mengungguli rekan-rekan sezaman ataupun pendahulunya.

Al-izz, begitu ia kerap di sapa, lahir di Damaskus, Suriah, pada 1182 M. Tepat 6 tahun sebelum Yerusalem  di bebaskan oleh Salahuddin al-Ayyubi dari pendduk tentara Salib. Saat menempuh pendidikan, ia di bimbing oleh banyak figure  intelektual ternama.

Mereka yang pernah memberikan bimbingan kepada Al- Izz adalah Ibnu Asakir, Al-Amidi dan Abu Muhammad al-Qasim. Ketekunan dan kecerdasannya mengantarkan Al-Izz menjadi cendekiawan mansyur dan berpengaruh, terutama dalam bidang hukum.

Karier dalam bidang akademisnya juga berjalan tanpa hambatan. Seorang ilmuwan yang bernama Adil Salahi dalam tulisanya tentang Al-Izz mengungkapkan, pada masa bertikutnya Al-Izz menjadi kepala professor di Sekolah Zawiyah al-Ghazaliyah di Damaskus.

Tak hanya jabatan dibidang keilmuan yang diraihnya. Ia juga menjadi imam di Masjid Umawi yang merupakan masjid utama di kota tersebut. Ia menduduki posisinya dalam waktu yang cukup lama. dan, ternyata ketenaran namanya pun mampu menembus batas wilayah.

Selain itu, ketinggian ilmunya juga telah membuat ia di segani kalangan intelektual lainnya. Hal ini terungkap saat Al-Izz tiba di Mesir. Al-Hafiz al-Mundhiri, seorang pakar hukum, memutuskan berhenti membuat fatwa atau keputusan hukum. Ia merupakan bentuk rasa hormat pada Al-Izz.

"Merupakan tindakan yang tak sopan bagi ahli hukum maupun untuk tetap memberikan fatwa pada saat Al-Izz ada diantara mereka," ujar Al-Mundhiri. Sanjungan yang tak kalah tingginya di lontarkan cendekiawan lainnya bernama Ibnu al-Hazib. Ia mengatakan, prestasi akademis Al-Izz mengungguli prestasi yang di raih Al-Ghazali.

Sementara itu Al-Dhahabi mengungkapkn, Al-Izz memiliki pengetahuan yang begitu luas dalam bidang hukum Islam atau fikih dan merupakan sosok yang saleh. Al-Izz juga menulis sederet karya dalam beragam di siplin ilmu. Ia, misalnya, menulis komentar lengkap tentang Alquran.

Ia memberikan perhatian khusus pada bahasan linguistiknya. Yang membuat makna Alquran lebih mudah di pahami. Namun, karyanya yang dianggap paling berpengaruh adalah buku berjudul Majaz Alquran. Buku yang membahas Alquran ini banyak menuai pujian.

Sejumlah penulis biografi mengungkapkan, Al-Izz juga menulis 4 buku yang membahas hadits salah satu buku hadits yang ditulisnya adalah ringkasan Sahih Muslim. Sayangnya, salinan buku ini tak lagi bisa dilacak. Dalam bidang hukum, ada satu buku yang ia tulis, yaitu Qawa'id al-Ahkam.

Karyanya tersebut juga mendapatkan banyak pujian. Al-Izz mengungkapkan, Qawa'id al-Ahkam merupakan buku hukum yang menjelaskan bahwa segala perintah dan larangan agama bertujuan memastikan apa yang terbaik bagi manusia. menurut dia, mengikuti segala aturan yang ada akan membawa manfaat bagi manusia.

Ternyata, Al-Iizz tak berhenti menggoreskan penanya. Buku lain yang juga meraih simpati adalah Shajarat al-Ma'arif wal Ahwal atau "Pohon Pengetahuan".  Menurut dia, batang pohon pengetahuan itu adalah pengetahuan tentang Allah SWT.  Sedangkan cabang-cabangnya, merupakan pengetahuan tentang sifat-sifat Allah.

Buah dari pohon itu, ungkap Al-Izz, adalah kemungkinan manusia untuk mengadopsi nilai-nilai moral dan perilaku baik yang di dorong oleh Alquran. Adil  Salahi mengungkapkan, para pakar menyatakan buku-buku tersebut mengambarkan bahwa Al-Izz merupakan cendekiawan cermerlang dan imam besar.

Bahkan, Al-Izz pun menyebutkan 640 hadits autentik dalam karyanya. Para kritikus menyebutkan hanya 3 dari hadits-hadits tersebut yang diragukan keasliannya. Namun, hadits tersebut dikuatkan hadits lain dalam koleksi Al-Izz yang auntektik. Al-Izz memang di kenal memiliki standar tinggi.

Disisi lain, Al-Izz juga dikenal sebagai orang yang berwawasan dalam bidang hukum. Pengabdiannya terhadap agama juga tinggi. Maka itu, ia memenuhi syarat untuk melakukan ijtihad dan menafsirkan hokum. Al-Izz pun tak kenal kompromi dalam mempertahankan prinsip-prinsip Islam dan hak-hak rakyat.

Keberanianya yang luar biasa patut diteladani. Sikapnya ini membuat tidak hanya rakyat jelata yang menaruh hormat kepadanya tetapi juga para penguasa.

Saat di Mesir, misalnya, Al-Izz diterima dengan segala hormat oleh Raja Al-Salih Najm al-Din Ayyub. Sang raja memintanya untuk menjadi imam dan khatib di Masjid Amr ibnu al-Ash, yang merupakan salah satu masjid pertama dan paling luas yang dibangun di Mesir.

Al-Izz pun diminta memegang jabatan sebagai kepala kehakiman Mesir dan professor fikih mazhab Syafi'I di Sekolah Salihiyah yang didirikan oleh Raja Al-Salih Najm al-Din Ayyub. Segala kedudukan ini tak membuatnya kendur dalam berprinsip. Bahkan, Al-Izz pantang pula berkompromi dalam hal yang sangat prinsip untuk kepentingan raja.

Suatu ketika, saat Idul Fitri, Raja Al-Salih duduk di atas tahktanya di ruang tamu besar. Saat semua orang berharap diterima raja, tiba-tiba terdengar suara yang memanggil raja. Ternyata sumber suara itu adalah Al-Izz. Ia bertanya kepada raja tentang orang-orang yang meminum anggur.

Raja lalu membela diri dengan mangatakan, took-toko minuman anggur sudah ada sejak masa pemerintahan ayahnya. Al-Izz menegaskan, hal yang sudah ada sejak zaman nenek moyang belum baik, bahkan ada yang dikutuk Alquran. Raja Al-Salih pun menurut.

Ia segera memerintahkan untuk menutup seluruh took anggur dan melarang penjualan minuman itu di wilayah kekuasaannya.


Sang Penasehat

Daya tarik Al-Izz menembus dinding kekuasaan. Banyak penguasa yang kagum atas ketinggian ilmu yang dimiliki Al-Izz. Bahkan, ada pula dari mereka yang meminta nasehatnya. Salah satunya adalah Raja Al-Asharaf dari Aleppo, Suriah.

Pada saat itu, Raja Al-Asharaf mengalami kemenangan spektakuler dalam melawan musuh-musuh Islam. Namun, dia juga sedang mengalami masalah dengan kakaknya, Raja Al-Kamil dan Tartar-Mongol yang melakukan sejumlah serangan massif.

Pasukan Tartar memasuki wilayah Islam dan meluluhlantakkan sejumlah kota penting. Seperti Merv, Baghdad, dan Khwarizm. Raja Al-Asharaf merasa dalam posisi terjepit. Di satu sisi, ia harus berhadapan dengan kakaknya. Di sisi lain, ia harus menghadang pasukan Tartar.

Al-Izz pun menyampaikan nasihatnya. Ia meminta Raja Asharaf tak menyerang kakaknya, Raja Al-Kamil. Sebaliknya, Raja Al-Asharaf diminta mengerahkan seluruh pasukannya untuk melawan Tartar yang sudah berani memasuki wilayah Islam.

Raja Al-Asharaf sangat berterima kasih atas nasihat bijak Al-Izz. Di lain waktu, Al-Izz melihat para pejabat memikirkan kesenangannya sendiri sementara umat Islam terbebani pajak baru yang tinggi. Lalu, ia menyarankan agar Raja Al-Asharaf menghentikan kondisi itu.

Atas nasihat tersebut, Raja Al-Asharaf mengucapkan terima kasih dan memintanya untuk berdoan ke pada Allah supaya mereka berdua bias menjadi sahabat di surga. Dia juga memberikan hadiah seribu koin emas, tetapi Al-Izz menolaknya.

Saat raja terbaring sakit, ia meminta Al-Izz memberikan bimbingan terhadap dirinya. Ia ingin mendapatkan kebaikan di akhir hayatnya. Pada masa selanjytnya, Al-Izz juga menjadi penasihat raja lainnya, yaitu Raja Al-Muzaffar Qutoz, yang memerintah hanya selam satu tahun.

Raja Al-Muzaffar Qutoz dikenal sebagai orang saleh yang mendedikasikan hidupnya untuk kepentingan dan kemajuan Islam. Namun, di memiliki banyak saiangan dan lawan. Dia mengangkat Al-Izz al-Din sebagai penasihatnya dalam masalah negara.

Secara khusus, Al-Izz memberikan nasihat-nasihatnya kepada raja. Ia tak mengambil keuntungan dari kedekatannya itu. Ia mengupayakan segala daya untuk memikirkan bagaimana menghadapi pasukan Tartar yang sudah mulai bergerak ke Mesir, mendekati Aleppo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafadhal,,,uktub yang shalih