Dr Avul Pakir Jainulabdeen Abdul Kalam

Membangun Teknologi Roket

Teknologa roket dan rudal bukan hal asing bagi Avul Pakir Jainulabdeen Abdul Kalam. Bahkan, dengan kemampuannya di bidang ini, ilmuwan yang lahir pada 15 Oktober 1931 di Rameswaram, Tamil Nadu, India, ini ada yang menyebutnya sebagai missile man of India.


Kalam, yang memiliki spesialisasi di bidang teknik aeronautika, memberi kontribusi besar dalam pengembangan teknologi roket ruang angkasa dan rudal di India. Ini terbukti dengan sejumlah pemikiran dan jabatannya di lembaga ruang angkasa dan pertahanan India.


Di Indian space research organization (ISRO), alumnus madras institute of Technology ini di tempatkan pada posisi direktur proyek dalam mengembangkan peluncur satelit India, Satellite Launch Vehicle (SLV-III) yang berhasil mendorong Satelit Rohini ke dekat orbit.


Ini terjadi pada1980, Dalam hal ini, Kalam bertanggung jawab terhadap perkembangan teknologi alat peluncur satelit, khususnya SLV di ISRO. Ini merupakan badan utama untuk melakukan penelitian ruang angkasa di bawah kendali pemerintah India.


Selain itu, ISRO juga merupakan salah satu lembaga riset termuka di dunia, yang di dirikan pada 1969. Lembaga ini memiliki aset instalasi, bekerja sama dengan masyarakat internasional sebagai bagian dari perjanjian bilateral dan multilateral.


Menurut laman Abdul Kalam.com, setelah dua dekede berkecimpung di ISRO dan mengawal teknologi peluncuran roket, Kalam pindah ke tempat lain. Ia masuk ke Defense Research and Development Organisation (DRDO). Ditempat baru ini, ia juga memiliki posisi bergengsi.


Kalam diberi jabatan sebagai direktur eksekutif program pengembangan Indigenous Guided Missiles (IGMDP). Ia harus bertanggung jawab terhadap pengembangan dan operasionalisasi rudal Agni dan Prithvi.


Selain itu, Kalam juga harus mampu membangun kapabilitas teknologi rudal tersebut melalui jaringan kerja di institusi yang berbeda. DRDO ini memiliki jaringan yang terdiri atas 51 laboratorium, yang terlibat dalam pengembangan teknologi pertahanan meliputi berbagai disiplin.


Tak hanya aeronautika tetapi juga persenjataan, elektronik, ilmu komputer, pengembangan sumber daya manusia, materi, peluru kendali, penelitian, dan pengembangan kendaraan tempur angkatan laut. Lembaga ini memiliki lebih 5.000 ilmwuan.


Lembaga ini juga memiliki sekitar 25 ribu personel pendukung ilmiah maupun teknis. Dilembaga ini, Kalam mengupayakan teknologi yang efesien. Hal ini ia lakukan saat merancang dan membuat rudal Agni.


Dalam proses pembuatan rudal tersebut, Kalam menggunakan karbon ringan senyawa materi. Langkahnya itu membuat berat Agni berkurang hingga 400 gram dari berat semula yang mencapai 4 kg. Ia kemudian dipercaya menjadi kepala penasihat ilmiah menteri pertahanan dari 1992-1999.


Selama masa itu, Kalam menggembangkan sistem senjata rudal strategis dan melakukan serangkaian uji coba Pokhran-II bekerja sama dengan dapertemen energi atom. Pokhran di uji coba pada1998, lama setelah uji coba nuklir pertama India pada 1974.


Uji coba nuklir ini lalu membawa India sebagai salah satu Negara yang memiliki senjata nuklir.

Kepercayaan yang diberikan kepada Kalam juga semakin tingi. Ia mendapatkan kepercayaan pula untuk mengembangkan sistem pertahanan yang meyakinkan bagi India. Ia memimpin sejumlah proyek terkait hal ini, seperti Light Combat Aircraft.


Disisi lain, posisi Kalam sebagai ketua Technology Information, Forecasting, and Assessment Council (TIFAC) dan ilmuwan mumpuni, membawa India dengan bantuan 500 ahli ke dalam peta jalan Visi Teknologi 2020.


Sebuah ambisi besar Kalam tuangkan dalam peta jalan tersebut, yaitu membawa India yang sekarang sedang berkembang menjadi sebuah Negara yang maju. Tak heran jika ia juga menjadi kepala penasihat ilmiah bagi pemerintah India, dari November 1999 hinga November 2001.


Pada posisi itu, Kalam memiliki pekerjaan untuk merumuskan kebijakan, strategi, dan misi untuk pengembangan sejumlah aplikasi. Tak hanya itu, jabatan lainnya pun melekat di pundaknya. Ia menjadi ketua Scientific Advisory Committee to the Cabinet (SAC-C).


Memberi

Prinsip memberi memang menyatu dengan diri Kalam. Ia tak hanya menguasai bidang ilmu yang digelutinya, namun juga membaginya dengan orang lain. Ia menjadi professor di Anna University, Chennai, dari November 2001. Ia mengajar dan melakukan penelitian.


Kalam juga terus aktif dalam perkembangan lain di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dia mengajukan program riset untuk mengembangkan bio-implan. Dia juga percaya penggunaan open soerce software dalam skala besar. Ia menilai, ini lebih bermanfaat.


Kalam yakin pula bahwa ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam masyarakat. Masalah juga terjadi akibat distribusi sumber daya modern yang buruk. Ia sangat berkeinginan India menjadi Negara maju.


Kalam merupakan salah satu ilmuwan India dengan bearagam gelar kehormatan. Ia mendapatkan gelar doktor kehprmatan dari 30 Universitas dan industri. Ia pernah mendapatkan penghargaan Padma Bhushan pada 1981, Padma Vibhushan pada 1990, dan Bharat Ratna pada 1997.


Pencapaian Kalam tak hanya di bidang ilmu pengetahuan. Ia pun meraih jabatan di bidang politik. Pada 25 Juli 2002, ia menjadi presiden India yang ke-11. Ia mengakhiri jabatan presiden setelah lima tahun, yaitu pada 25 Juli 2007. Ia dikenal dengan julukan 'Presiden Rakyat'.


Semasa kecil, Kalam telah dekat dengan alam. Ia juga memiliki seseorang yang baik, ayahnya seorang muslim yang taat. Ayah Kalam memiliki sejumlah perahu yang biasanya disewakan kepada para nelayan, yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya.


Kalam dan Penghargaan

Prestasi yang ditorehkan Abdul Kalam, telah melahirkan apresiasi atas dirinya. Ia dianugrahi Hoover Medal dari Amerika Serikat (AS) pada 2009. Ia dianggap telah menciptakan pelayanan public yang luar biasa dengan membanguan pusat kesehatan modern bagi rakyat kecil pedesaan, dengan harga terjangkau dan dokter berkualitas baik.


Kalam membawa perawatan kesehatan ke daerah pedesaan dengan membentuk jaringan antara dokter dan teknokrat, dan menggunakan teknologi yang canggih. Pada tahun yang sama, dia jua memperoleh Internasional von k.rm.n Wings Award. Dia juga mendapat gelar doctor dari 31 Universitas.


Sejumlah universitas memberikan gelar tersebut, di antaranya Carnegie Mellon University, University of Kentucky, dan Nanyang Technological University of Singapore. Setelah habis masa jabatannya sebagai presiden, Abdul Kalam tetap aktif dalam mengembangkan kemajuan ilmu pengetahuan.


Hal ini terbukti dengan banyaknya aktivitas yang dia lakukan terkait dengan hal-hal ilmiah. Dia sering menjadi professor tamu di berbagai universitas. Dia bahkan aktif memberikan mata kuliah. Hal ini dia lakukan utnuk mendedikasikan ilmunya bagi kemajuan bangsa dan generasi penerus.


Sejumlah karya juga ia lahirkan, seperti Wings of Fire: An Autobiography of APJ Abdul Kalam (2002), Scientist to President (2003), Ignited Minds: Unleashing the Power Within India (2003), India 2020: A Vision for the New Millenium (2003), India, my dream (2004), dan Envisioning an Empowere Nation: Technology for Societal Transformation (2004).

Beberapa biografi juga muncul, yaitu Eternal Quest: Life and Times of Dr Avul Pakir Jainulabdeen Abdul Kalam (2002), President Abdul Kalam (2002), APJ Abdul Kalam: The Visionary of India (2002), dan A little Dream, sebuah film documenter (2008).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafadhal,,,uktub yang shalih