Tak hanya mereka yang ingin mendengarkan ceramah, para pedagang juga turut memadati area Kwitang. Tak heran, jalan yang tak terlalu lebar itu semakin sempit dan sesak. Tak kurang dari 200 pedagang yang menjual aneka kebutuban pengunjung. Sepanjang jalan dan ujung Kramat Raya hingga lokasi majelis taklim ini yang berjarak sekitar 700 meter itu penuh sesak dengan lautan manusia. Begitu juga dengan daerah seputar Ciliwung yang dipenuhi dengan tenda-tenda pedagang, sejak Sabtu sore.
Membludaknya pengunjung di majelis taklim Kwitang ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh pendirinya, yakni Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi, seorang ulama kelahiran Betawi.
Sebelum majelis taklim dibuka tiap Ahad pukul 08.00 pagi, para pengunjung terlebih dahulu berziarah ke makam sang habib di Majelis Al-Riyadh, Kwitang. Majelis taklim ini dibangun pada 1910 M (masehi) dan sebuah mushala kecil. Di kompleks makam itu, ratusan peziarah membaca surah Yasin dan berdoa untuk almarhum.
Habib Ali Al-habsyi dilahirkan pada 1286 Hijriyah (1869 Masehi) di Kwitang. Ayahnya, Habib Abdurabman bin Abdullah Aihabsyi, adalah seorang ulama yang lahir di Petak Sembilan,
Jenazahnya dimakamkan di dekat kediaman Raden Saleh yang bersebelahan dengan Taman Imail Marzuki (TIM) sekarang ini Pelukis tenar yang punya nama di dunia internasional ini merupakan kemenakan ayah Habib Ali, sama-sama kelahiran
Sebelum meninggal, Habib Abdurrahman telah berwasiat kepada istrinya, Nyi Salmah, agar putranya (Habib Ali—Red) disekolahkan ke Hadramaut dan Makkah. Kala itu, untuk mendapatkan pendidikan agama, orang Betawi banyak menyekolahkan putra-putrinya ke Timur Tengah. Kebiasaan ini terus berlangsung sampai kini.
Sesuai dengan pesan almarhum suaminya, Nyi Salmah pun menyekolahkan putranya ke Hadramaut. Selama
Ketika terjadi pembantaian besar-besaran terhadap kaum Muslim
Perjuangan kaum Muslim di Libya melawan penjajahan Italia ini dipimpin oleh Omar Mukhtar. Peristiwa ini telah difilmkan oleh
Majelis taklim Kwitang didirikannya pada 1911. Dengan cepat, majelisnya didatangi banyak pengunjung, termasuk dari daerah-daerah pinggiran, seperti Ciputat, Condet, hingga Depok. Karena kendaraan bus
Di samping tasuwir (istilah untuk berpidato ketika itu), Habib Ali juga membuat beberapa kitab, seperti A1-Azhar al-Wardiyah (mengenai akhlak Nabi) dan Addurar Fi al-Shalawat al-Khair al-Bariyah (buku shalawat Nabi). Dia juga menggunakan kitab kuning karangan Habib Abdullah bin Alawi Alhadad, seorang ulama Hadramaut yang hidup sekitar 300 tahun lalu, yang mengarang Ratib Haddad yang masyhur itu.
Sebagai ulama yang dikenal luas, Habib Ali berdakwah di hampir seluruh tempat di Tanah Air. Dia juga memiliki banyak murid di Singapura dan
Pendidikan Islam modern
Waktu itu, pendidikan agama lebih banyak dilakukan di rumah-rumah yang disebut ‘pengajian’ secara tradisional. Habib Ali merasa tertantang untuk membangun perguruan Islam modern. Maka, pada 1911, berdirilah Unwanul Falah yang letaknya di samping Masjid Kwitang. Pengajarannya dengan sistem modern, yaitu adanya pembagian kelas. Karena itulah, banyak orang yang mengakui bahwa Habib Ali adalah guru para ulama Betawi. Puluhan ulama terkenal pernah menjadi murid di Unwanul Falah yang juga terbuka untuk murid-murid wanita.
Sekitar 300 meter dari majelis taklim, terletak Masjid Djami Kwitang (Ar-Riyadh). Pada tahun 1910, masjid ini semula sebuah mushala kecil. Dengan usaha Habib Ali, pada 1918 surau itu mengalami pembaharuan pertama berupa masjid dengan ruang depannya sebagai madrasah. Madrasah ini dinamakan Unwanul Falah. Kemudian, madrasah ini dipisahkan dari masjid menjadi dua buah sekolah untuk pria dan wanita. Tanah tersebut diwakafkan pemiliknya, Al-Kaff.
Pada 1963 saat Habib Ali berusia lanjut, melalui putranya, Habib Muhammad, masjid diperluas untuk ketiga kalinya. Untuk itu, Habib Ali mengundang sejumlah tokoh Islam dan para ulama terkemuka. Ketika masjid diperluas untuk ketiga kalinya ini, ribuan jamaah secara sukarela bekerja bakti melaksanakannya. Pada akhir 1990-an, menantunya, Habib Said Mahdali, pun mempercantik masjid tersebut hingga saat ini.
Tahun 1960-an, ketika masjid Kwitang direnovasi, jumlah masjid tidak sebanyak sekarang. Letaknya pun di kampung-kampung. Sementara itu, gereja-gereja terletak di tepi jalan-jalan raya. Jumlah masjid mulai banyak dan tersebar di segenap tempat setelah terjadinya pemberontakan G30S/PKI. Masyarakat makin yakin untuk melawan pengaruh komunis. Masjid pun dianggap sebagai tempat pergerakan umat.
Beberapa murid beliau adalah pemimpin Majelis Taklim Asyafiiyah, KH Abdullah Syafei, dan pemimpin Majelis Taklim Tahiriyah, KH Tohir Rohili. Sejumlah ulama Betawi lainnya yang pernah berguru kepadanya dan membuka majelis taklim adalah KH Abdulrazak Makmun dan KR Zayadi. Tidak hanya menganggap mereka sebagai murid-muridnya, Habib Ali juga memperlakukan mereka seperti kerabat sendiri. Dia sering mendatangi mereka di kediamannya. Di majelis taklimnya, mereka selalu diberi kesempatan untuk berpidato. Kemudian, bergabung pula Habib Salim bin Djindan yang terkenal dengan pidato-pidatonya yang berapi-api.
Begitu Besar Cintanya pada Rasulullah
Sambil duduk di kursi dan memakai jubah serta berserban putih-layaknya Pangeran Diponengoro ketika memproklamirkan perlawanan terhadap Belanda—Habib Ali Al-habsyi dengan suara lembut mengajak ribuan.jamaah di.majelisnya untuk meniru dan meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW. Ketika menceritakan akhlak dan perjuangan Rasulullah SAW Habib Ali sering.menangis karena rasa cintanya pada junjungan umat tersebut. Bila sudah demikian, hadirin pun akan segera bershalawat untuk Rasulullah SAW.
Dalam meneladani akhlakul karimah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah, Habib Ali dan penerusnya senantiasa mengajak umat untuk mempererat hubungan silaturahim dan persaudaraan serta menjauhkan diri dari ideologi kebencian, hasut, dengki ghibah, fitnah, dan namimah.
Seperti jiga majelis taklim, maulid di Kwitang termasuk maulid yang tertua di
Habib Ali yang meninggal dalam usia 99 tahun pada hitungan Masehi atau 103 tahun pada hitungan Hijriyah tidak pernah menyinggung masalah furuiyah (cabang ilmu fikih). .Dia menganggap, agama perlu diamalkan, bukan untuk diperdebatkan, apalagi saling.memusuhi sesama kaum Muslim. Banyak yang mengatakan, inilah sebabnya majelis taklim Kwitang bertahan hampir satu abad. Sampai kini, majelis taklin di Kwitang ini tleah memasuki generasi ketiga setelah.Habib Ali. Disusul oleh putranya Habib Muhammad dan cucunya Habib Abdurahman Putra Habib Abdurahman yang juga benama Habib Ali tengah dipersiapkan untuk mernjadi penerus di majelis taklim ini sebagai generasi kaempat. Dia seorang sarjama komputer dan kini telah mendalami Ilmu agama di Hadrarnaut, sebagaimana pernah dilakukan buyutnya, Habib Ali bin Abdurrahman Alhabyi.
Majlis Taklim Habib Ali dan maulid tiap akhir Kamis bulan Rabiul awal tidak pernah sunyi didatangi pejabat negara. Mulai dari masa Bung Karno yang menurut Habib Abdurahman telah mengenal baik kakeknya sebelum kemerdekaan Pada tahun 1963, rencananya Bung Karno akan datang kembali tapi karena berbagai factor, yang mewakilinya pada peringatan maulid kala itu adalah PM Djuanda. Tahu I965 ketika berlangsung Konferens Islam Asia Afrika (KIAA), para tamu dan kepala Negara pun diantara menko KASAB Jendaral AH Nasution bekunjung ke majelis taklim Kwitang Pimpinan Liga Muslimin Sedunia ketika ke lndonesia juga berkunjung ke majelis taklim Kwitang. Demikian pula dengan Pak Hart0, Pak Habibie, Gus Dur, dan SBY yang sudah mengunjungi majelis ini.
Hindari perbedaan
Ketika tahun 1950-an dan 1960-an, situasi. Politik tengah memanas, ditanbah lagi masih kerasnya perbedaan khilafiyah. Habib Ali dan ulama-ulama Betawi pun memaknainya hanya sebagai sebuah pendapat. Karena itu, Habib Ali taj mau membesar-besarkan perbedaan, apalagi berbeda dalam masalah khilafiyah.
Majelisnya itu terbuka untuk semua golongan. Tidak heran kalau majelisnya kerap didatangi oleh orang-orang Muhammadiyah. Bahkan KH Abdullah Salimn pimpinan Masjid Al-AZhar di Kebayoran Baru, sering datang ke majelisnya. Dan, selalu diberikan kesempatan untuk berpidato oleh Habib Ali.
Ada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tafadhal,,,uktub yang shalih