SPANYOL, Pintu Masuk Agama Islam ke Eropa

Kehadiran orang-orang Islam di Spanyol merupakan awal munculnya Islam di Eropa pada abad ke-7, karena Spanyol merupakan pintu gerbang bagi benua tersebut. Kehadiran Islam di Spanyol ditandai dengan kemenangan Tariq bin Ziyad, panglima tentara kekhalifahan Bani IJmayyah di Afrika Utara, ketika merebut Semenanjung Iberia pada tahun 711 Masehi.

Kemenangan tersebut membuat umat Islam dibawah kepemimpinan Khalifah Al-Walid (705-715 M) —salah seorang Khalifah dari Dinasti Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus— menancapkan kekuasaannya di wilayah Spanyol. Pada saat kekhalifahan Islam berkuasa di Spanyol, masyarakat di sana merupakan masyarakat heterogen, terdiri dari banyak suku, ras, maupun agama. Periode ini merupakan masa keemasan Islam di bumi Andalusia, Spanyol (The Golden Age of Islam).

Sukses Tariq bin Ziyad di masa Khalifah Al-Walid, diikuti oleh Abdurrahman ad-Dakhil —penguasa pertama Daulat Umayyah di Spanyol— yang berusaha menata sistem pemerintahan. Selain itu ia membuat pasukan yang terorganisir dengan jumlah tentara tidak kurang dari 40 ribu orang dan juga membangun angkatan laut yang kuat. Gebrakan lain yang dilakukannya adalah mendirikan masjid agung Cordova, di sebuah kota megah bernama Granada, dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peran yang sangat besar. Masuknya Islam di wilayah Spanyol telah memberikan banyak kemajuan-kemajuan dalam bidang keilmuan dan peradaban di kawasan Eropa. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tokoh-tokoh dan para ilmuwan yang muncul dari sana serta bangunan-bangunan megah hasil karya umat Islam pada masa itu. Kejayaan Islam tersebut berlangsung selama hampir delapan abad lamanya (711-1429 M).

Namun setelah berabad-abad lamanya menguasai Spanyol, kekhalifahan Islam mulai mengalami kemunduran dan kehancuran. Periode kekhalifahan Islam di Spanyol berakhir karena tentara Islam dikalahkan oleh bangsa Norman dari Sisilia dan Italia Selatan pada abad ke-11, serta penaklukan kembali (reconquista) oleh bangsa Spanyol dengan direbutnya Granada oleh penguasa Kristen pada tahun 1429 M. Sejak saat itulah Islam hilang dari tanah Spanyol.

Peran imigran

Islam baru hadir kembali di Spanyol setelah berakhirnya Perang Dunia II (1939- 1945). Para imigran Muslim memberikan andil terbesar terhadap kehadiran kembali Islam di negara Eropa Barat ini. Merekalah yang kemudian mengenalkan kembali dan menyebarluaskan ajaran Islam, sehingga Islam bisa berkembang di negara tersebut hingga saat ini.

Kaum imigran Muslim di Spanyol terbagi dua kelompok. Pertama, para imigran pencari kerja yang tinggal untuk sementara waktu dan jumlahnya makin meningkat sejak tahun 1960-an. Kedua, para imigran tetap yang sebagian besar tinggal dan bekerja di Catalonia —wilayah dengan tingkat industrialisasi paling tinggi di Spanyol. Para imigran ini berasal dari negara-negara berpenduduk Muslim seperti Maroko, Senegal, Pakistan, dan Aljazair.

Bila di Jerman, Austria, dan beberapa negara Eropa lainnya imigran Muslim kerap dianggap sebagai ‘batu kerikil’ dalam komunitas mereka, tidak demikian dengan imigran Muslim di Spanyol. Dalam sebuah laporan resmi yang dirilis oleh Kementerian Hukum Spanyol pada akhir tahun 2007 lalu diungkapkan bahwa pemerintah Spanyol mengakui para imigran muslin ini sudah melebur dan menjadi bagian dari masyarakat Spanyol.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa empat dari lima imigran Muslim terintegrasi dengan komunitas Spanyol. Secara persentase, sekitar 83 persen dan total imigran muslim yang ada sudah melebur dalam masyarakat Spanyol dan mengadaptasi seluruh aturan hukum dan adat masyarakat. “Mereka sangat toleran dan moderat,” ujar Menteri Kehakiman Marino Fernandez Bermejo seperti dikutip dalam laporan tersebut. Kondisi itu membuat Islam dan komunitas Muslim mudah diterima oleh masyarakat Spanyol yang mayoritas beragama Katolik. Karenanya tak mengherankan jika pada akhimya banyak warga Spanyol yang kemudian berpindah keyakinan dan memeluk Islam. Para mualaf ini merupakan gambaran wajah Muslim Spanyol saat ini.

Jumlah mualaf di Spanyol terus meningkat beberapa tahun belakangan ini. Jumlah komunitas mereka di Spanyol memang mencengangkan. Tahun 2007 lalu, jumlah mualaf mencapai angka 20-50 ribu orang. Menurut laporan media massa lokal, warga Spanyol yang masuk Islam berasal dari berbagai kalangan. Bahkan tidak sedikit diantaranya yang berasal dari kalangan intelektual, akademisi dan aktivis anti-globalisasi.

Saat ini jumlah warga Muslim di Spanyol diperkirakan sekitar 1,5 juta jiwa dan 40 juta total penduduk negara itu. Padahal pada akhir tahun 1960-an, jumlah Muslim di Spanyol hanya puluhan ribu orang saja. Semua ini tak terlepas dari peran seorang mualaf asal Skotlandia, Ian Dallas —ia mengubah nama menjadi Syekh Dr Abdalqadir as-Sufi— yang aktif mengajarkan kembali agama Islam.

Ia memulai dakwahnya di Granada, tempat tinggalnya, melintasi semenanjung selatan negara itu demi menyiarkan Islam. Ia memadukan ajaran sufi dan tradisi Andalusia. Walau sempat mendapat kritikan, ia terus maju. Tak hanya kalangan Muslim yang terpikat dakwahnya, namun juga kalangan non-Muslim. Satu persatu mereka pun bersyahadat.

Banyak alasan seseorang masuk Islam, begitu juga mualaf Spanyol. Namun umumnya mengerucut ke satu hal, bahwa Islam menyajikan cara hidup yang lebih komplit. “Islam bila diselami lebih dalam, menyuguhkan kedamaian bagi penganutnya dan orang-orang di sekelilingnya,” ujar Mansur Escudero, mualaf yang kini aktif di Comision Islamica Espana (Komisi Islam Spanyol).

Kedepankan dialog

Adalah Junta Islamica, organisasi nirlaba yang didirikan para mualaf di kota kecil Almodovar del Rio yang menjadi motor dakwah di beberapa wilayah di Spanyol. Dakwah Junta Islamica disebarkan melalui lisan, tulisan, dan publikasi di situs web yang mereka kelola.

Junta Islamtca didirikan untuk mempromosikan Islam dan toleransi. “Banyak orang Spanyol yang menerapkan standar bahwa Islam adalah pendatang. Tapi kami bukan pendatang, kami juga warga bangsa Spanyol, sama seperti mereka. Kami Spanyol Muslim,” ujar Isabel Romero, direktur Intitut Halal di Junta Islamica. Ide-ide itulah yang mereka sebarkan. Saat bom Madrid meledak menjelang pemilu tahun 2004 lalu dan menewaskan 191 orang —pelakunya adalah oknum seorang Muslim— mereka berdiri untuk menyuarakan bahwa tidak semua Muslim bersikap demikian. Kampanye mereka kemudian didukung Syekh Moneir Mahmoud, imam Islamic Cultural Center of Madrid, Comision Islamica Espana, dan media massa. Alhasil, tak ada gejolak setelah peristiwa itu.

Dialog, itulah salah satu kunci hidup bersama yang dipegang teguh komunitas Muslim Spanyol. Tak hanya dengan komunitas lain, di dalam komunitas Islam sendiri dialog juga penting. Mansur Escudero mempunyai cerita tentang dialog yang dimaksud. Saat organisasinya berniat membangun sebuah masjid, ada sebuah organisasi Muslim yang menolak rencana itu dengan berbagai pertimbangan. Bahkan, mereka mencela.

Namun, Escudero tak lelah mengajak mereka berdialog. Tak hanya itu, dia juga membuktikan bahwa keberadaan masjid itu sangat penting dan mendukung dakwah Islam. Ini dibuktikan dengan banyaknya non-Muslim yang tertarik belajar Islam. “Akhirnya mereka melebur dan tururt aktif dalam kegiatan masjid,” ujarnya.

Islam Agama Resmi di Spanyol

Makin meluasnya pengaruh ajaran Islam di kalangan masyarakat Spanyol, mendorong pemerintah memberi pengakuan terhadap status Islam pada November 1992. Ini ditandai oleh dicapainya kesepakatan antara pemerintah dan Comision lslamic Espana yang mewakili berbagai organisasi Islam di Spanyol. Sejak saat itu Islam di Spanyol diakui sebagai agama resmi dan menjadi agama kedua terbesar setelah agama Kristen katolik. Pemberi status ini sesuai dengan Undang-Undang kebebasan beragama yang disahkan pada tahun 1967.

Pengakuan resmi dari pemerintah ini membuka peluang kepada kaum Muslim di Spanyol untuk memberi pengajaran.agama baik di sekolah negeri maupun swasta. Selain juga peluang untuk membangun sekolah yang dikelola sendiri, menjalankan ibadah di angkatan bersenjata, rumah sakit, dan penjara serta memperoleh keringanan pajak dan merayakan hari raya keagamaan.

Namun baru di awal tahun 2005, berdasarkan ketetapan departemen agama negara Spanyol, sekolah-sekotah di Spanyol secara resmi diperbolehkan memberikan pelajaran agama Islam bagi para siswanya yang Muslim. Kesempatan ini tidak lepas dari peran Jose Luis Rodriguez Zapatero, Perdana Menteri Spanyol saat ini.

Sejak Zapatero menduduki tampuk kepemimpmnan di Spanyol pada tahun 2004, komunitas Muslim di negeri itu mulai mendapat perhatian dari pemerintah. Satah satunya adalah keputusannya memberi izin pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah umum, di kota-kota besar di Spanyol yang jumlah komunitas muslimnya cukup banyak Misalnya di kota Barcelona, Madrid dan Andalusia.

Sejumlah pengamat di Spanyol meyakini, keputusan pemerintah memberi izin pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah salah satunya bertujuan untuk mengontrol berdirinya sekolah-sekolah Islam swasta di Spanyol dan mencegah munculnya aksi-aksi teroris, seperti kasus ledakan bomn di Madrid tahun 2004 lalu.

Pengajaran mata pelajaran agma Islam di sekolah-sekolah umum di Spnyol sebenarnya sudah mulai dirintis sejak tahun 2000. Yaitu pada sekolah-sekolah di kota Ceuta dan Melilla, yang mayoritas penduduknya adalah Muslim Maroko. Kedua kota itu sendiri terletak di bagian Utara wilayah Maroko yang masih di bawah kekuasaan Spanyol.

Guru agama Islam di kedua kota itu jumlahnya hanya 7 orang. Mereka mengajar sekitar 1.900 siswa tingkat sekolah dasar. Pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah di kedua kota inilah yang dianggap menjadi pelopor pengajaran agama Islam di kota-kota lainnya di Spanyol.

Sesuai kesepakatan antara pemerintah dan Asosiasi Organisasi Islam.di Spanyol pengajaran agama.Islam di sekolah-sekolah dibatasi pada pengajaran yang sifatnya pengenalan terhadap Islam, misalnya tentang Rukun Islam. Namun, Asosiasi Organisasi islam di Spanyot berupaya keras untuk memperluas pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah di Spanyol, sebagai upaya untuk meluruskan pandangan yang salah masyarakat Spanyol terhadap Islam, disamping makin banyaknya jumlah imigran Muslim yang tersebar di negara-negara Eropa.

Bukti bahwa agama Islam berkembang pesat di tanah Spanyol juga ditandai dengan suara adzan yang kembali berkumandang dari Majid Agung Granada mulai pertengahan 2003 lalu, setelah absen hampir 500 tahun lamanya. kumandang adzan tersebut juga menandai difunsikannya kembali bangunan Masjid Agung Granada sebagai tempat ibadah umat Muslim di Granada. Granada merupakan kota di Spanyol dimana pernah berdiri istana kekhalifahan-IsIam, ketika Islam berkuasa di Eropa pada abad ke7.

‘lni menjadi sebuah.peristiwa politik. Karena Granada menjadi masjid pertama yang dibuka kaum muslimin Spanyol semenjak 500 tahun lalu,” komentar Abdul Haqq Salaberria, seorang warga Muslim di Spanyol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafadhal,,,uktub yang shalih