Kesuksesan tentara Muslim tersebut tentunya didukung dengan sejumlah kecakapan yang dimiliki oleh tentara perang. Baik dari segi tentara itu sendiri, senjata, peralatan, tembok pertahan, maupun siasat. Satu hal lagi yang harus diperhitungkan dalam kesuksesan perang adalah komunikasi militernya.
Komunikasi merupakan syarat utama dalam setiap aktivitas manusia di dunia dimanapun orang atau komunitas itu berada. Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan isi pernyataan kita kepada orang lain. Sama halnya dalam dunia militer, komunikasi merupakan sarana dalam membantu dan mendukung kerja serta kinerja satuan militer tersebut.
Komunikasi militer meliputi bidang kegiatan militer, taktik dan peralatan yang berhubungan dengan komunikasi. Pertama, komunikasi militer adalah komunikasi medan perang, termasuk hubungan dengan pemimpin perang dengan khalifah/pejabat negara. Secara historis, komunikasi militer pertama dengan cara mengirim atau menerima sinyal sederhana (sering tersembunyi atau encoded).
Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R. Hill dalam karyanya Islamic Technology: An Illustrated History menjelaskan selama masa awal penaklukan Arab, kurir penunggang onta menjadi perantara komunikasi antara khalifah di. Madinah dan komandannya di medan perang.
Setelah itu, perkembangan komunikasi militer semakin pesat. Buktinya saat kepemimpinan khalifah Umayyah (abad 1-2 H/ke-7-8 M), telah dibentuk pelayanan pos reguler yang disebut barid. Mereka mengadopsi sistem yang diterapkan oleh Byantium dan Sassaniyyah Iran untuk mengelola barid tersebut.
Sejak saat itu barid digunakan sebagai tempat pengiriman semua jenis informasi, sipil dan militer. Barid ini mencapai tingkat efisiensi yang tinggi pada masa khalifah Abbasiyah di Baghdad (abad ke-2 hingga 7 H/ke- 8 M hingga ke-13 M). Bahkan pada saat itu telah dibentuk departemen pemerintah yang khusus bertanggung jawab atas pelayanan pos.
“Tempat-tempat perhentian perjalanan pos (markaz) dibangun di Sepanjang jalan-jalan utama dan jumlahnya tak kurang dari 430 buah diseluruh kerajaan itu,” jelas Al-Hassan dan Hill.
Al-Hassan dan Hill memaparkan bahwa di Iran, para kurir perantara komunikasi menunggang bagal , yakni hewan campuran spesies kuda dengan keledai, atau lebih tepat keturunan antara kuda betina dan keledal jantan. Sedangkan di tempat lain menggunakan kuda atau unta.
Komunikàsi militer semakin diperlukan, bahkan pada abad ke-3 H (ke10 M), Buwayhiyyah melibatkan “pelari” untuk bekerja sebagai penyarnpai pesan. Mereka dipercaya untuk menyampaikan pesan yang bersifat rahasia. “Sedangkan untuk pesan-pesan penting digunakan merpati pos,” jelas Al-Hassan dan Hill.
Efisiensi komunikasi militer lebih terasa saat kekuasaan Raja Mamluk (abad ke 7-13 H/abad ke 13-16 M). Di
“Pada mulanya ketika Mamluk terlibat dalam pertikaian dengan Mongol di perbatasan Utara, terdapat rangkaian menara api yang terpancang dari Sungai Efrat hingga Gaza melalui Palmyra, Damaskus, Baysan dan Nablus,” ungkap Al-Hassan dan Hill.
Kala itu, lanjut Al-Hassan dan Hill, jika ada bahaya mengancam, api dinyalakan sebagai sinyal secara berurutan dari mercu suar-mercu suar ini. “Merpati Pos juga dimanfaatkan secara luas, dan ada pula menara-menara untuk merpati pos (burj) di berbagai tempat di Mesir dan
Merpati Pos Ala Dinasti Mamluk
Layanan pos di era kejayaan Islam tak hanya sekedar sebagai pengantar pesan. Dinasti Mamluk yang berkuasa di Mesir pada 1250 hingga 1517 M juga menjadikan pos sebagai alat pertahanan. Guna mencegah invasi pasukan tentara Mongol di bawah komando Hulagu Khan pada medio abad ke-13 M, para insinyur Mamluk membangun menara pengawas di sepanjang rute pos Irak hingga Mesir.
Di atas menara pengawas itu selama 24 jam penuh para penjaga telah menyiapkan tanda-tanda bahaya. Jika bahaya mengancam di siang hari, maka petugas akan membakar kayu basah yang dapat mengepulkan asap hitam. Sedangkan di malam hari, petugas akan membakar kayu kering.
Upaya itu ternyata tak sepenuhnya berhasil. Tentara Mongol mampu menembus
Menurut Paul Lunde, layanan pos melalui jalur darat pada era kekuasaan Dinasti Mamluk juga sempat terhenti ketika pasukan Tentara Salib memblokir rute pos. Meski begitu, penguasa Dinasti Mamluk tak kehabisan akal. Sejak saat itu, kata dia, Dinasti Mamluk mulai menggunakan merpati pos.
Dengan menggunakan burung merpati Sebagai pengantar pesan, pasukan Tentara Salib tak dapat mencegah masuknya pesan dari Kairo ke Irak. Merpati pos mampu mengantarkan surat dari Kairo ke Baghdad dalam waktu dua hari,” tutur Lunde. Sejak itu, peradaban Baratjuga mulai meniru layanan pos dengan merpati seperti yang digunakan penguasa Dinasti Mamluk.
Lunde menuturkan, pada tahun 1300 M Dinasti Mamluk memiliki tak kurang dari 1.900 merpati pos. Burung merpati itu sudah sangat terlatih dan teruji mampu mengirimkan pesan ke tempat tujuan. Seorang tentara Jerman bernama Johan Schiltberger menuturkan kehebatan pasukan merpati pos yang dimiliki penguasa Dinasti Mamluk.
“Sultan Mamluk mengirim
Pada masa kekuasaan Dinasti Mamluk, merpati pos juga berfungsi untuk mengirimkan pesanan - pos parsel. Alkisah, penguasa Mamluk sangat puas dengan kiriman buah cherry dari
Layanan merpati pos ala Dinasti Mamluk itu tercatat sebagai sistem komunikasi yang tercepat di abad pertengahan. Hingga akhirnya, Samuel Morse menemukan telegraf pada tahun 1844 dan Guglielmo Marconi menciptakan radio.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tafadhal,,,uktub yang shalih