Sejarawan Paul Lunde dalam tulisaunya berjudul, The Appointed Rounds, mengungkapkan bahwa jasa pos telah mulai dikenal peradaban manusia Mesir Kuno sejak tahun 2000 SM. Selain itu, peradaban Cina dan Romawi pun sudah menerapkannya jauh sebelum Islam hadir di muka bumi. Meski begitu, Lunde memaparkan bahwa jasa perposan mulai dibangun secara mutakhir pada abad ke-9 M era kejayaan Islam.
Secara khusus, Adam Silverstein dalam bukunya bertajuk, Postal System in PreModern Is lam, mengungkapkan sejarah awal mula jasa pos berdiri di dunia Islam. Menurut Silverstein, dalam peradaban Islam sistem perposan dikenal dengan nama band. Bangsa Romawi menyebut jasa perposan sebagai cursus publicus.
“Khalifah Muawiyyah bin Abi Suyan merupakan orang pertama yang membentuk band atau layanan pos di dunia Islam,” papar Silverstein. Muawiyyah membentuk band untuk mempercepat kedatangan informasi dari provinsi kekuasaan Umayyah yang terpencil. Sejak itu, jasa perposan terus berkembang pesat di dunia Islam yang dikuasai oleh Dinasti Umayyah.
Salah satu kontribusi penting Kekhalifahan Umayyah bagi dunia perposan dilakukan oleh Ziyad bin Abi Sufyan—salah seorang gubernur penting di era itu. Menurut Akbar Shah Najeebabad dalam bukunya, History of Islam, ketika Ziyad berkuasa, Dinasti Umayyah mulai mendirikan departemen pos. Pada masa itu sudah mulai diangkat para petugas pos dan dibangun sistem perposan.
“Untuk pertama kalinya, Ziyad memperkenalkan sistem pemasangan segel pada
Selain itu, ciri khas segel yang terpasang pada dokumen atau
“Sumber literatur, bukti dokumen, dan catatan arkeologi menunjukkan pada waktu itu sistem perposan sudah sangat mutakhir. Sistem perposan dikelola secara terpusat dan berhubungan langsung dengan khalifah,” imbuh Silverstein. Ketika rezim penguasa dunia Islam mulai berganti di bawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah, pada tahap awal jasa perposan tak mengalami perubahan secara sistem. Saat itu, hanya terjadi perubahan penguasa yang, mengelola departemen pos.
Sejarawan Muslim dan abad ke-10 M,Al-Mas’udi, menyatakan bahwa band untuk pertama kali melayani pengantaran
Seljuk merupakan dinasti Islam yang pernah menguasai Asia Tengah dan Timur Tengah. Wilayah kekuasaan Kekaisaran Seljuk Agung terbentang dari
Menurut Lunde, pengelolaan sistem perposan pada era Dinasti Seljuk mendapat perhatian penuh dari Perdana Menteri Kesultanan Seljuk Turki, Nizam Al-Mulk. Jasa perposan dikembangkan penguasa Dinasti Seljuk agar dapat memperoleh informasi yang cepat dan akurat.
“Adalah tugas seorang raja untuk mengetahui secara benar kondisi para petani dan tentaranya, baik jauh maupun dekat. Seorang raja harus mengetahui informasi mengenai hal itu sebanyak-banyaknya,” tutur Lunde, mengutip pernyataan Nizam Al-Mulk. Untuk menguasai informasi itulah, Al-Mulk mengangkat pejabat yang khusus mengurusi bidang perposan.
Pada masa itu, Dinasti Seljuk sudah memiliki seorang Diwan Al-Banid—Menteri Pos dan Komunikasi. Bagi pemerintahan Al-Mulk, layanan perposan merupakan lembaga negara yang penting. Departemen Pos dan Telekomunikasi dijadikannya sebagai sebuah agen informasi. Melalui layanan pos, seorang perdana menteri bisa berkomunikasi dengan gubernur di berbagai provinsi yang terbentang begitu luas.
“Pejabat inspektur pos pada masa itu tak hanya memastikan surat-surat yang dikirim sampai di setiap kantor pos,” cetus Lunde. Namun, imbuh dia, para inspektur pos juga bertugas untuk mengumpulkan informasi bagi pemerintah pusat. Secara periodik mereka harus menyampaikan laporannya.
Menurut Lunde, laporan yang harus disampaikan inspektur pos itu berkisar pada kondisi dan hasil panen para petani di daerah, situasi politik, serta kinerja para gubernur di provinsi. “Pengelolaan band di era Seljuk sebenarnya sangat mirip dengan Pony Express di Amerika Barat,” tegas Lunde.
Namun, di era kekuasaan Seljuk, unta dan kedelai menjadi alat transportasi. Sedangkan di Amerika Barat menggunakan kuda. Lunde mengungkapkan, di setiap empat hingga enam mil sebuah wilayah terdapat kantor pos. Untuk menghindari kelelahan, petugas penyampai pesan akan diganti di kantor pos berikutnya. Pemerintah Seljuk menggaji ribuan pegawai pos.
Saat itu, yang boleh mengirim pesan hanya pemerintah. Warga negara biasa yang ingin mengirimkan pesan harus menitipkannya pada rombongan pedagang atau menyewa kurir khusus untuk hal-hal mendesak. Pada masa itu,
Merpati Pos Ala Dinasti Mamluk
Layanan pos di era kejayaan Islam tak hanya sekadar sebagai pengantar pesan. Dinasti Mamluk yang berkuasa di Mesir pada 1250 M hingga 1517 M juga menjadikan pos sebagai alat pertahanan. Guna mencegah invasi pasukan tentara Mongol di bawah komando Hulagu Khan pada medio abad ke-13 M, para insinyur Mamluk membangun menara pengawas di sepanjang rute pos Irak hingga Mesir.
Di atas menara pengawas itu, selama 24 jam penuh para penjaga telah menyiapkan tanda-tanda bahaya. Jika bahaya mengancam di siang hari, petugas akan membakar kayu basah yang dapat mengepulkan asap hitam. Sedangkan di malam hari, petugas akan membakar kayu kering.
Upaya itu ternyata tak sepenuhnya berhasil. Tentara Mongol mampu menembus
Hanya dalam waktu delapan jam, berita pasukan Mongol akan menyerbu Kairo sudah diperoleh pasukan tentara Muslim. Itu berarti, sama dengan waktu yang diperlukan untuk menerima telegram dari
Menurut Paul Lunde, layanan pos melalui jalur darat pada era kekuasaan Dinasti Mamluk juga sempat terhenti ketika pasukan Tentara Salib memblokir rute pos. Meski begitu, penguasa Dinasti Mamluk tak kehabisan akal. Sejak saat itu, kata dia, Dinasti Mamluk mulai menggunakan merpati pos.
Dengan menggunakan burung merpati sebagai pengantar pesan, pasukan Tentara Salib tak dapat mencegah masuknya pesan dari Kairo ke Irak. “Merpati pos mampu mengantarkan
Lunde menuturkan, pada 1300 M Dinasti Mamluk memiliki tak kurang dari 1.900 merpati pos. Burung merpati itu sudah sangat terlatih dan teruji mampu mengirimkan pesan ke tempat tujuan. Seorang tentara Jerman bernama Johan Schiltberger menuturkan kehebatan pasukan merpati pos yang dimiliki penguasa Dinasti Mamluk.
“Sultan Mamluk mengirim
Pada masa kekuasaan Dinasti Mamluk, merpati pos juga berfungsi untuk mengirimkan pesanan pos parsel. Al-kisah, penguasa Mamluk sangat puas dengan kiriman buah ceri dari
Layanan merpati pos ala Dinasti Mamluk itu tercatat sebagai sistem komunikasi yang tercepat di abad pertengahan. Hingga akhirnya, Samuel Morse menemukan telegraf pada 1844 M dan Guglielmo Marconi menciptakan radio.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tafadhal,,,uktub yang shalih