SASTRA DALAM PERADABAN ISLAM

Sastra dalam bahasa Inggris dikenal sebagai literature. Menurut Oxford English Dic­tionary, sastra berasal dari kata 'littera' yang artinya tulisan yang bersifat pribadi. Sedangkan dalam bahasa Arab, sastra disebut adab yang berasal dari sebuah katayang berarti ‘mengajak seseorang untuk makan' dan menyiratkan keso­panan, budaya, dan pengayaan.

Sastra menempati posisi yang terbi­lang penting dalam sejarah peradaban Islam. Sejarah sastra Islam dan sastra Islami tak lepas dari perkembangan sas­tra Arab. Sebab, bahasa Arab merupa­kan bahasa suci Islam dan Alquran. Ba­hasa Arab dalam bentuk klasiknya atau bentuk Qurani mampu memenuhi kebu­tuhan religius, sastra, artistik dan ben­tuk formallainnya. Sastra Arab atau Al­-Adab AI-Arabi tampil dalam beragam bentuk prosa, fiksi, drama, dan puisi.


Lalu bagaimanakah dunia sastra ber­kembang dalam peradaban masyarakat Islam? Sejatinya sastra Arab mulai ber­kembang sejak abad ke-6 M, yakni ke­tika masyarakat Arab masih berada da­lam peradaban jahiliyah. Namun, karya sastra tertulis yang tumbuh era itu jum­lahnya masih tak terlalu banyak. Paling tidak, ada dua karya sastra penting yang terkemuka yang ditulis sastrawan Arab di era pra-Islam. Keduanya adalah Mu'allaqat dan Mufaddaliyat.


Orang pertama yang mengenalkan du­nia Barat dengan sastra Arab jahili ada­lah William Jones (1746 M -1794 M), de­ngan bukunya Poaseos Asiaticae Com­men tarii Libri Sex atau penjelasan Mu'allaqaat As-Sab'a yang diterbitkan tahun 1774 M. Sastra Arab jahili memi­liki ciri-ciri yang umumnya yang meng­gambarkan suatu kebanggaan terhadap
diri sendiri (suku), keturunan, dan cara hidup.

Sastra Arab memasuki babak baru sejak agama Islam diturunkan di Jazi­rah Arab - yang ajarannya disampai­kan melalui Al-quran. Kitab suci umat Islam itu telah memberi pengaruh yang amat besar dan signifikan terhadap ba­hasa Arab. Dahkan, al-quran tak hanya memberi pengaruh terhadap sastra Arab, namun juga terhadap kebudayaan secara keseluruhan.


Bahasa yang digunakan dalam Alquran disebut bahasa Arab klasik. ingga kini, bahasa Arab klasik masih sangat dikagu­
mi dan dihormati. Alquran erupakan firman Allah SWT yang sangat luar biasa. Terdiri dari 114 surat dan 6666 ayat, Al­quran,berisi tentang perintah, larangan, kisah, dan cerita perumpamaan itu begitu memberi pengaruh yang besar bagi per­kembangan sastra Arab.

Sebagian orang menyebut Alquran se­bagai karya sastra terbesar. Namun, se­bagian kalangan tak mendudukan Al­quran sebagai karya sastra, karena me­rupakan firman Allah SWT yang tak bisa disamakan dengan karya manusia. Teks penting lainnya dalam agama Is­lam adalah hadits, atau sunnah.


Penelitian serta penelusuran terhadap masa-masa kehidupan Nabi Muham­mad SAW telah memicu para sarjana Muslim untuk mempelajari bahasa Arab. Atas dasar pertimbangan itu pula, para intelektual Muslim mengumpulkan kembali puisi-puisi pra-Islam. Hal itu dilakukan untuk mengetahui bagaima­na sesungguhnya kehidupan Rasulullah sampai akhirnya menerima wahyu dan menjadi Rasul.


Jejak dan perjalanan hidup Muham­mad SAW yang begitu memukau juga telah mendorong para penulis Muslim
untuk mengabadikannya dalam sebuah biografi yang dikenal sebagai Al-Sirah Al-Nabawiyyah. Sarjana Muslim yang pertama kali menulis sejarah hidup Na­bi Muhammad adalah Wahab bin Mu­nabbih. Namun, Al-Sirah Al-Nabawiy­yah yang paling populer ditulis oleh Muhammad bin Ishaq.

Study bahasa Arab pertama kali sebenarnya telah dilakukan sejak era Ke­khalifahan Ali RA. Hal itu dilakukan setelah khalifah melakukan kesala­han saat membaca Alquran. Dia lalu meminta Abu Al-Aswad Al-­Du'ali untuk menyusun tata baha­sa (gramar) bahasa Arab. Khalil bin Ahmad lalu menulis Kitab al­-Ayn - kamus pertama bahasa Arab. Sibawaih merupakan sarjana Mus­lim yang menulis tata bahasa Arab yang sangat populer yang berjudul al-Kitab.

Sejarah mencatat, sastra sangat berkembang pesat di era keemasan Islam. Di masa kekhalifahan Islam berjaya, sastra mendapat perhati­an yang amat besar dari para pe­nguasa Muslim. Tak heran, bila di zaman itu muncul sastrawan Islam yang terkemuka dan berpengaruh.


Di era kekuasaan Dinasti Umay­yah (661 M - 750 M), gaya hidup orang Arab yang berpindah-pin­dah mulai berubah menjadi buda­ya hidup menetap dan bergaya ko­ta. Pada era itu, masyarakat Mus­lim sudah gemar membacakan pu­isi dengan diiringi musik. Pada zaman itu, puisi masih sederhana. Puisi Arab yang kompleks dan panjang disederhanakan menjadi lebih pendek dan dapat disesuai­kan dengan musik. Sehingga puisi dan musik pada masa itu seperti
dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan.

Sastra makin berkilau dan tumbuh menjadi primadona di era kekuasaan Daulah Abbasiyah - yang berkuasa di Baghdad pada abad ke-8 M. Masa ke­emasan kebudayaan Islam serta pernia­gaan terjadi pada saat Khalifah Harun Ar-Rasvid dan..puteranya Al-Ma'mun berkuasa. Pada era itu, prosa Arab mu­lai menempati tempat yang terhormat
dan berdampingan dengan puisi. Puisi sekuler dan puisi keagamaan juga tumbuh beriringan.

Para
sastrawan di era kejayaan Abbasiyah tak hanya menyumbangkan kontribusi penting bagi perkembangan sastra di zamannya saja. Namun juga turut mempengaruhi perkembangan sas­tra di Eropa era Renaisans. Salah seorang ahli sastrawan yang melahirkan prosa-prosa jenius pada masa itu bernama Abu 'Uthman 'Umar bin Bahr al­-Jahiz (776 M - 869 M) - cucu seorang budak berkulit hitam.

Berkat prosa-prosanya yang gemilang, sastrawan yang menda­patkan pendidikan yang memadai di Basra. Irak itu pun menjadi in­telektual terkemuka di zamannya. Karya terkemuka Al-Jahiz adalah Kitab al-Hayawan, atau 'Buku tentang Binatang' - sebuah an­tologi anekdot-anekdot binatang - yang menyajikan kisah fiksi dan nonfiksi. Selain itu, karya lain­nya yang sangat populer adalah Kitab al-Bukhala, 'Book of Mi­sers', - sebuah studi yang jenaka namun mencerahkan tentang psi­kologi manusia.


Pada pertengahaq abad ke-10 M, sebuah genre sastra di dunia Arab kembali muncul. Genre sas­tra baru itu bernama maqamat­ Sebuah anekdot yang menghibur yang diceritakan oleh seorang pengembara yang menjalani hi­dupnya dengan kecerdasan. Ma­qamat ditemukan oleh Badi' al­Zaman al-Hamadhani (wafat ta­hun 1008 M). Dari empat ratus maqamat yang diciptakannya, kini yang masih tersisa dan berta­han hanya 42 maqamat.



Beragam Bentuk Kesusastraan Khas Arab


Puisi

Sebagian besar kesusasteraan Arab sebelum abad ke-20 M didomi­nasi oleh puisi. Bahkan bentuk prosa pun pada periode itu kerap diwarnai dengan puisi atau prosa bersajak. Te­ma puisi Arab berkisar antara san­jungan dan puji-pujian terhadap sese­orang sampai 'menyerang' orang lain. Selain itu, tema yang kerap kali dita­mpilkan dalam puisi Arab tentang keagamaan dan mistik hingga puisi yang mengupas tentang seks dan anggur.



Puisi non-fiksi

Di akhir abad ke-9 M, Ibnu AI-Nadim - seorang penjual buku terkemuka di Baghdad - mengoleksi hasil studi sastra Arab. Koleksi karya sastra Arab yang berkembang saat itu dituliskan­nya dalam sebuah katalog yang ber­judul Kitab AI-Fihrist. Salah satu ben­tuk sastra non-fiksi yang berkembang di era kekhalifahan Abbasiyah berben­tuk kompilasi.


Kompilasi itu memuat rangkuman fakta, gagasan, kisah-kisah seperti pelajaran, syair dengan topik terten­tu. Selain itu bisa pula merangkum tentang rumah, taman, wanita, orang­-orang tuna netra, binatang hingga orang kikir. Tiga kompilasi yang termasyhur ditulis oleh AI-Jahiz. Koleksi yang ditulis AI-Jahiz itu terbilang sa­ma penting bagi siapa saja, mulai dari orang rendahan hingga pengusa­h atau orang terhormat.



Biografi dan Geografi

Selain menulis biografi Nabi Mu­hammad SAW, karya sastra Arab lain­nya yang berhubungan dengan biografi dltulis oleh AI-Balahudri lewat Kitab Ansab AI-Ashraf atau Buku Geneologi Orang-Orang Terhormat. Selain itu, karya kesusastraan Arab lainnya daIam bentuk biograti ditulis oleh Ibnu Khallikan dalam bentuk kamus biografi. Lalu disempurnakan lagi oleh AI-Sa­fadi lewat Kitab AI-I'tibar yang mengisahkan Usamah bin Munqidh dan pe­ngalamannya saat bertempur dalam Perang Salib.


Karya sastra lainnya yang perkembang di dunia Arab adalah buku ten­tang perjalanan. Ibnu Khurdadhbih merupakan orang pertama yang menulis buku perjalanannya sebagai se­orang pegawai pos di era kekhalifah­an. Buku perjalanan lainnya juga ditulis oleh tokoh-tokoh terkemuka lainnya seperti Ibnu Hawqal, Ibnu Fad­lan, AI-Istakhri, AI-Muqaddasi, AI-Idrisi
dan yang paling terkenal adalah buku perjalanan Ibnu Batutta yang berjudul Ar-Rihla.


Buku Harian

Catatan harian Arab pertama kali ditulis sebelum abad ke-l0 M. Penulis diari yang paling terkemuka adalah Ibnu Banna di abad ke-l1 M. Buku harian yang ditulisnya itu disusun sangat mirip dengan catatan harian modern.


Sastra Fiksi

Di dunia Arab, terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara al-fusha (bahasa berkualitas) dengan al-ammi­yah (pahasa orang biasa). Tak banyak penulis yang menuliskan ceritanya da­lam al-ammiyah atau bahasa biasa, Hal itu bertujuan agar karya sastra bi­sa lebih mendidik ketimbang menghibur.


Kesusastraan Epiki

Karya sastra fiksi yang paling popu­ler di dunia Arab adalah kisah Seribu Satu Malam. Inilah salah satu karya fiksi yang paling besar pengaruhnya tehadap budaya Arab maupun non­Arab. Meski begitu, kisah yang sangat populer itu biasa ditempatkan dalam genre sastra epik Arab.


Maqamat

Maqamat merupakan salah satu genre sastra Arab yang muncul pada pertengahan abad ke-l0 M. Maqama merupakan sebuah anekdot yang menghibur yang diceritakan oleh seorang pengembara yang menjalani hidupnya dengan kecerdasan. Maqamat ditemukan oleh Badi' al-Zaman al-­Hamadhani (wafat tahun 1008 M). Dari empat ratus maqamat yang dicip­takannya, kini yang masih tersisa dan bertahan hanya 42 maqamat. Sastra­wan lainnya yimg mengelaborasi genre maqamat aqalah AI-Hariri (wafat tahun 1122 M). Dengan menggunakan for­mat yang sama, AI-Hariri menciptakan gaya maqamatnya sendiri.



Syair Romantis

Salah satu syair romantis yang paling terkenal dari dunia kesusaster­aan Arab adalah Layla dan Majnun. Puisi romantis ini membawa kenan­gan di era Kekhalifahan Abbasiyah pada abad ke-7 M. Kisah Yang diceri­takan dalam syair itu, konon telah menginspirasi lahirnya kisah percin­taan yang tragis yakni Romeo dan Juliet.

1 komentar:

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus

Tafadhal,,,uktub yang shalih