STUDY EMBRIOLOGI Dalam Perdaban Islam

Alquran secara mendetail telah menjelaskan proses penciptaan manusia di alam rahim. Dunia kedokteran modern mengkaji proses pertumbuhan janin melalui sebuah ilmu yang disebut embriologi. Penjelasan Alquran tentang embriologi itu sungguh sangat mencengangkan para saintis modern di dunia Barat.

“Sungguh sangat membahagiakan bisa membantu mengklarifikasi pernyataan Alquran tentang perkembangan manusia. Jelaslah bagi saya, pernyataan (Alquran) itu pastilah turun kepada Muhammad dari Tuhan,” papar Prof Keith L Moore, ilmuwan terkemuka dalam bidang anatomi dan embriologi.

Menurut Moore, hampir semua pengetahuan tentang embriologi yang mendetail seperti yang dijelaskan dalam Alquran belum ditemukan hingga beberapa abad kemudian. “Ini membuktikan kepada saya bahwa Muhammad adalah Seorang Rasul utusan Tuhan,” ujar Moore menegaskan.

“Dan, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian, Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah. Lalu, segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus daging. Kemudian, Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain…”
(QS Almu’minun: 12-14).

Ayat Alquran yang menjelaskan tentang proses penciptaan di alam rahim itu telah mendorong para dokter Muslim di era keemasan Islam untuk mengembangkan studi embriologi. Salah satu ilmuwan Muslim terkemuka yang mencurahkan waktu dan pikirannya untuk mengkaji studi embriologi adalah Ibnu al-Nafis (1213-1288 M).

Dalam bidang embriologi, al-Nafis telah mengkritik ilmuwan Yunani termasyhur, yakni Aristoteles (384 SM - 322 SM) dan Aelius Galenus atau Claudius Galenus yang akrab disapa Galen (129SM 200/2 17 SM).

Al-Nafis juga mengkritisi pendapat dan pandangan dokter Muslim terkemuka, Ibnu Sina (980 -1037 M) terkait embriologi. Ia meyakini bahwa ketika sperma seorang laki-laki/jantan dan perempuan/betina bercampur, dan ketika mereka membuat campuran cairan yang memiliki perangai yang sesuai tersebut, mereka juga menerima jiwa yang diberikan Allah, Sang Maha Pencipta, baik jiwa hewan atau jiwa manusia.

“Allah memberikan sebuah jiwa untuk zat ini, yang kemudian berkembang menjadi sebuah embrio yang tumbuh dan menghasilkan organ,” jelas al-Nafis seperti dikutip Nahyan AG Fancy dalam karyanya Pulmonary Transit and Bodily Resurrection: The Interaction of Medicine, Philosophy and Religion in the Works of Ibn al-Nafis.

Al-Nafis menjelasan lebih lanut mengenai kritikan terhadap teori ilmuwan Yunani, Galen. “Galen percaya bahwa masing-masing memiliki dua (air) mani di dalamnya yang memiliki kemampuan aktif untuk membuahi dan kemampuan pasif dibuahi, namun kemampuan aktif itu kuat di dalam air mani laki-laki, sementara air mani perempuan pasif.”

Para penyelidik percaya bahwa mani laki-laki hanya memiliki kemampuan aktif, sementara perempuan hanya memiliki kemampuan pasif. Allah mengetahui yang terbaik, bukan dari kedua mani itu memiliki kemampuan aktif membuahi,” tutur Ibnu Nafis yang dikutip Nahyan AG Fancy.

Ezzat Abouleish dalam karyanya Contributions of Islam to medicine,menjelaskan selain al-Nafis ada juga seorang Dokter Arab yang turut mengembangkan embriologi, yakni Ibnu al-Quff (1233-1305 M) murid dari Ibnu al-Nafis. Menurut Abouleish, penjelasan al-Quff tentang embriologi dan perinatologi dalam karyanya berjudul al-Jami terbukti lebih akurat.

“Pembentukan awal adalah sebuah buih yang merupakan tahap enam sampai tujuh hari pertama, pada hari ke-3 hingga 16 secara bertahap membentuk gumpalan dan pada hari ke-28 sampai 30 menjadi sebuah gumpalan kecil daging. Pada hari ke-38 sampai 40, kepala muncul terpisah dari bahu dan lengan. Otak dan jantung yang diikuti dengan hati terbentuk sebelum organ lainnya,” jelas Ibnu Al-Quff seperti dikutip Abouleish.

Al-Quff menambahkan bahwa janin mengambil makanan dari ibunya untuk tumbuh. Ia menambahkan, ada tiga selaput yang menutupi dan melindungi janin. Pertama menghubungkan pembuluh darah arteri dan vena dengan sesuatu di rahim ibunya melalui tali pusar.

“Melalui pembuluh vena, janin bayi mendapatkan makanan untuk kebutuhan nutrisinya. Sementara pembuluh arteri membawa udara,” tutur al-Quff. Pada akhir bulan ketujuh, lanjut al-Quff, semua organ telah selesai. Setelah kelahiran, tali pusar bayi dipotong pada jarak empat jari luasnya dari badan, dan terikat dengan baik, dengan benang wol yang lembut.

Wilayah yang dipotong ditutupi dengan filamen/kawat pijar basah dalam minyak zaitun dengan sebuah obat penahan darah untuk mencegah pendarahan yang menetes.

“Setelah kelahiran, bayi dirawat oleh ibunya dengan air susu ibu (ASI) yang merupakan nutrisi paling baik. Kemudian bidan meletakkan bayi tidur dalam kamar gelap yang tenang. Menyusui bayi dilakukan dua sampai tiga kali setiap hari. Sebelum menyusui, payudara ibu harus ditekan dua atau tiga kali untuk membuang susu yang ada dekat puting susu,” papan al-Quff.

Begitulah, kontribusi para dokter Islam dalam mengembangkan dan meletakan studi embriologi modern.


Pembentukan Manusia Menurut Alquran

Ilmuwan Muslim modern, Harun Yahya juga telah mencurahkan pemikirannya untuk membahas mengenai pembentukan manusia seperti yang tertuang di dalam Alquran. Dalam eksiklopedia Pustaka Sains Populer Islami: Manusia dan Alam Semesta, Harun mengakui bahwa penciptaan manusia berawal di dua tempat yang saling berjauhan.

Harun mengatakan hal yang hampir serupa dengan yang diungkapkan al-Nafis. Menurutnya, manusia menapaki kehidupan melalui pertemuan dua zat terpisah di dalam tubuh lelaki dan perempuan, yang diciptakan saling terpisah namun selaras.

“Jelas, sperma di dalam tubuh lelaki tidak dihasilkan atas kehendak dan kendali lelaki tersebut, sebagaimana sel telur di dalam tubuh perempuan tidak terbentuk atas kehendak dan kendali perempuan tersebut. Sesungguhnya, mereka bahkan tidak menyadari pembentukan sel-sel ini,” tutur Harun.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWI dalam QS Al Waqi’ah ayat 57-59 yang berbunyi, “Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)? Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?”

Harun menambahkan, bahwa kedua zat tersebut, yang berasal dari lelaki dan perempuan, diciptakan sangat bersesuaian. ‘Penciptaan kedua zat ini, pertemuan antara keduanya, dan perubahnnya menjadi manusia sungguhlah suatu keajaiban besar,” jelas Harun.

Ia menjelaskan bahwa laki-laki menghasilkan sperma yang diproduksi di dalam buah pelir dengan laju produksi 1.000 per menit. Sperma inilah yang akan membuahi sel telur yang diproduksi perempuan. Pertemuan sel sperma dan sel telur inilah yang menjadi awalan proses embrio.

“Yang diejakulasi kedalam rahim tidak hanya jutaan sperma. Air mani adalah campuran berbagai macam cairan,” tutur Harun. Harun juga menyebutkan ayat dalam Alquran yang telah menjabarkan hal ini terlebih dahulu. Dalam Alquran surat Al Mursalat ayat 20-21, dijelaskan bahwa “Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? (air mani) Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim).”

Berdasarkan ayat dalam Alquran tersebut jelaslah dikatakan bahwa manusia terbentuk atas pertemuan mani perempuan dan laki-laki dalam proses reproduksi. Seperti yang tercantum dalam firman Allah, dalam Alquran Surat Faathir ayat 11 yang berbunyi, Dan Allah menciptakan kamu dan tanah, kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan ( sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”

Setelah pertemuan mani tersebut, Harun menjelaskan, inti bayi yang akan dilahirkan mulai terbentuk. Sel tunggal ini, yang dalam biologi dikenal dengan istilah ‘zigot”, akan segera mulai berkembang dengan melakukan pembelahan sel dan akhirnya menjadi “segumpal daging”.

Zigot melekat pada rahim, bagaikan akar yang menancap kuat’ ke bumi melalui sulurnya. Melalui ikatan ini zigot memperoleh gizi, Zigot memperoleh zat gizi yang penting bagi pertumbuhannya dan tubuh sang ibu,” ujar Harun menegaskan.

Allah SWT dalam Alquran menyebut zigot dengan istilah segumpal darah. Seperti yang tercantum dalam Alquran surat Al ‘Alaq ayat 1-3. ‘Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah.”

Sang Khalik juga berfirman dalam surat lainnya di dalam Alquran, “Apakah manusia mengira, bahwa akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah di dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan,” QS Al Qiyaamah ayat 36-39.

Dari segumpal darah itulah, kemudian embrio tumbuh berkembang, sehingga memiliki organ tubuh yang lengkap. Begitulah Alquran menjelaskan embriologi yang terbukti kebenarannya secara ilmiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafadhal,,,uktub yang shalih